Senin, 13 Juni 2016

makalah fisiologi bidan dan kebidanan



                                                                       
BAB I
PENDAHULUAN

I.                    LATAR BELAKANG
Dalam kanca kesehatan, etika, profesional, kesopanan, keramahan, keterampilan adalah modal utama. Tapi selain itu, bidan juga punya penuntun yang dapat digunakan dalam memberikan asuhan kepada pasiennya, salah satunya adalah Standart Praktek Kebidanan Permenkes tahun 2002, tentang ruang lingkup Kebidanan dalam pemberian asuhan. Berdasarkan dengan panduan tersebut maka bidan dapat memberikan asuhan dengan legal dan tidak perlu adanya pencekalaan. Tugas bidan sendiri tidak saja mandiri, tetapi ada juga tugas kolaborasi baik dengan teman sejawat atau lintas sektoral maupun dengan dokter obgin. Jadi dengan demikian bidan yang kita ciptakan memiliki keterampilan dan dedikasi tinggi, sehingga tidak mengecewakan masyarakat pada umumnya.

Perkembangan pelayanan dan pendidikan kebidanan nasional maupun international terjadi begitu cepat. Hal ini menunjukkan bahwa perkembangan pelayanan dan pendidikan kebidanan merupakan hal yang penting untuk dipelajari oleh petugas kesehatan khususnya bidan yang bertugas sebagai bidan pendidik maupun bidan di pelayanan. Salah satu faktor yang menyebabkan terus berkembangnya pelayanan dan pendidikan kebidanan adalah masih tingginya mortalitas dan morbiditas pada wanita hamil dan bersalin, khususnya di negara berkembang dan di negara miskin yaitu sekitar 25-50%. Mengingat hal di atas, maka penting bagi bidan untuk mengetahui sejarah perkembangan pelayanan dan pendidikan kebidanan karena bidan sebagai tenaga terdepan dan utama dalam pelayanan kesehatan ibu dan bayi di berbagai catatan pelayanan wajib mengikuti perkembangan IPTEK dan menambah ilmu pengetahuannya melalui pendidikan formal atau non formal dan bidan berhak atas kesempatan untuk meningkatkan diri baik melalui pendidikan maupun pelatihan serta meningkatkan jenjang karir dan jabatan yang sesuai.

II.                 TUJUAN
a.       Tujuan Umum
Untuk mengetahui dan memahami konsep kebidanan sebagai dasar dalam praktik kebidanan

b.      Tujuan Khusus
Ø  Untuk memenuhi tugas kelompok Konsep Kebidanan
Ø  Untuk mengetahui filosofi bidan dan kebidanan
Ø  Untuk mengetahui lingkup praktik kebidanan
Ø  Untuk mengetahui pengertian ruang lingkup praktik kebidanana
Ø  Untuk mengetahui manajemen kebidanan
Ø  Untuk mengetahui konseptual model asuhan kebidanan


III.               MANFAAT

Agar mahasiswa dapat memahami dan mengerti tentang konsep kebidanan dalam asuhan kebidanan dan juga dalam Lingkup Praktek Kebidanan.



BAB II
ISI


        I.            FILOSOFI BIDAN DAN KEBIDANAN
a.       Pengertian Bidan
Bidan adalah seseorang yang telah menyelesaikan program pendidikan bidan yang diakui oleh negara serta memperoleh kualifiasi dan diberi ijin untuk menjalankan praktik kebidanan di negeri itu.
b.      Kebidanan
Merupakan bentuk dari sintesa berbagai disiplin ilmu (ilmu kedokteran, keperawatan, sosial, perilaku, budaya, ilmu kesehatan masyarakat, ilmu manajemen).
c.       Pelayanan Kebidanan
Pelayanan Kebidanan adalah seluruh tugas yang menjadi tanggung jawab praktek profesi bidan dalam sistem pelayanan kesehatan.
d.      Praktik Kebidanan
Praktik Kebidanan adalah penerapan ilmu kebidanan dalam memberikan pelayanan terhadap terhadap klien dengan pendekatan manajemen kebidanan.
e.       Manajemen Kebidanan
Manajemen Kebidanan adalah pendekatan yang digunakan oleh bidan dalam menerapkan metode pemecahan masalah secara sistematis.
f.        Asuhan Kebidanan
Asuhan Kebidanan adalah penerapan fungsi dan kegiatan yang menjadi tanggung jawab dalam memberikan pelayanan kepada klien.
g.       Praktik pelayanan kebidanan
Praktik Pelayanan Kebidanan adalah praktik pelayanan profesional yang merupakan bagian integral dari pelayanan kesehatan yang diberikan kepada ibu dalam kurun waktu masa reproduksi dan BBL.

Kebidanan adalah :
1.      Suatu pelayanan : dasar ilmu pengetahuan
2.      Tanggap terhadap perubahan zaman dan kompleks tim
3.      Praktisi yang mandiri
4.      Kerjasama dengan tim kesehatan yang lain
5.      Saling menghargai peran fungsi : standard pelayanan kesehatan.
                        Prinsip dasar filosofi kebidanan
Ø  Hubungan antara ibu dan bidan adalah dasar dalam memberikan asuhan yang baik.
Ø  Ibu adalah focus dalam memberikan asuhan.
Ø  Memberikan pilihan pada ibu untuk melahirkan.
Ø  Menggunakan seluruh keterampilan bidan
Ø  Asuhan yang berkesinambungan.
Ø  Asuhan dasar komunitas.
Ø  Bertanggung jawab dalam memberikan pelayanan.
Ø  Memberikan asuhan yang ramah kepada ibu dan bayinya.





     II.            PROFESI DAN PROFESIONAL
A.     PROFESI
a.       Pengertian Profesi

 Didalam suatu profesi hanya terdapat satu organisasi profesi yang para anggotanya berasal dari satu profesi, dalam arti telah menyelesaikan pendidikan dengan dasar ilmu yang sama.
Ø  Misi utama organisas iprofesi adalah untuk merumuskan kode etik dan kompetensi profesiserta memperjuangkan otonomi profesi.
Ø  Kegiatan pokok organisasi profesi adalah menetapkan serta merumuskan standar pelayanan profesi, standar pendidikan dan pelatihan profesi serta menetapkan kebijakan profesi
Organisasi profesi mempunyai peran dan fungsi antara lain sebagai :
1.      Pembina, pengembang dan pengawas terhadap mutu pendidikan profesi tersebut.
2.      Pembina, pengembang dan pengawas terhadap pelayanan profesi tsb.
3.      Pembina dan pengembang dalam ilmu pengetahuan dan teknologi profesi tersebut.
4.      Pembina, pengembang dan pengawas kehidupan profesi.

b.      Bidan dalam hal profesi
Sebagai anggota profesi, bidan mempunyai ciri khas yang khusus. Sebagai pelayan yang merupakan bagian integral dari pelayanan kesehatan. Bidan mempunyai tugas yang sangat unik, yaitu:
Ø  Selalu mengedepankan fungsi ibu sebagai pendidik bagi anak-anaknya
Ø  Memiliki kode etik dengan serangkaian pengetahuan ilmiah yang didapat melalui proses pendidikan dan jenjang tertentu
Ø  Keberadaan bidan diakui memiliki organisasi profesi yang bertugas meningkatkan mutu pelayanan kepada masyarakat
Ø  Anggotanya menerima jasa atas pelayanan yang dilakukan dengan tetap memegang teguh kode etik profesi.

c.       Bidan sebagai profesi memiliki ciri-ciri tertentu, yaitu :
Ø  Bidan disiapkan melalui pendidikan formal agar lulusannya dapat melaksanakan pekerjaan yang menjadi tanggung jawabnya secara professional
Ø  Bidan memiliki alat yang dijadikan panduan dalam menjalankan profesinya, yaitu standar pelayanan kebidanan, kode etik,dan etika kebidanan
Ø  Bidan memiliki kelompok pengetahuan yang jelas dalam menjalankan profesinya
Ø  Bidan memiliki kewenangan dalam menjalankan tugasnya
Ø  Bidan memberi pelayanan yang aman dan memuaskan sesuai dengan kebutuhan masyarakat
Ø  Bidan memiliki organisasi profesi
Ø  Bidan memiliki karakteristik yang khusus dan dikenal serta dibutuhkan masyarakat
Ø  Profesi bidan dijadikan sebagai suatu pekerjaan dan sumber utama penghidupan.



B.     PROFESIONALISME BIDAN

a.       Definisi Profesionalisme Seorang Bidan
Profesionalisme berarti memiliki sifat profesional / ahli secara popular seorang pekerja apapun sering dikatakan profesional, seorang profesional dalam bahasa keseharian adalah seorang pekerja yang terampil atau cakap dalam kerjanya biarpun keterampilan tersebut produk dari fungsi minat dan belajar dari kebiasaan.

b.      Bidan Profesional
Bidan sebagai tenaga profesional termasuk rumpun kesehatan, untuk menjadi jabatan professional memiliki  9 syarat bidan profesional, meliputi :
Ø  Ilmu sosial, budaya, kesehatan masyarakat, konsep kebidanan, etika kode etik, kebidanan yang membentuk dasar dari asuhan yang berkualitas.
Ø  Asuhan ibu hamil (antenatal care)
Ø  Asuhan kebidanan ibu melahirkan (intranatal)
Kebidanan asuhan ibu nifas menyusui
Ø  Asuhan bayi lahir
Ø  Asuhan pada bayi balita
Ø  Keluarga berencana
Ø  Gangguan sistem reproduksi
Ø  Kebidanan komunitas

c.       Syarat Bidan Profesional
Ø  Memberi pelayanan kepada masyarakat yang bersifat khusus atau spesialis.
Ø  Melalui jenjang pendidikan yang menyiapkan.
Ø  Keberadaannya diakui dan diperlukan masyarakat.
Ø  Mempunyai peran dan fungsi yang jelas.
Ø  Mempunyai kewenangan yang disahkan atau diberikan oleh pemerintah.
Ø  Memiliki organisasi profesi sebagai wadah.
Ø  Memiliki kode etik bidan.
Ø  Memiliki etika bidan.
Ø  Memiliki standar pelayanan.
Ø  Memiliki standar praktik.
Ø  Memiliki standar pendidikan yang mendasari dan mengembangkan profesi sebagai kebutuhan masyarakat.
Ø  Memiliki standar pendidikan berkelanjutan sebagai wahana pengembangan kompetensi.

d.      Tanggung Jawab Bidan Profesional
Ø  Menjaga agar pengetahuannya tetap up to date terus menembangkan keterampilan dan kemahirannya agar bertambah luas serta mencakup semua aspek peran seorang bidan.
Ø  Mengenali batas-batas pengetahuan, keterampilan pribadinya dan tidak berupaya melampaui wewenangnya dalam praktik klinik.
Ø  Menerima tanggung jawab untuk mengambil keputusan serta konsekuensi dalam keputusan tersebut.
Ø  Berkomunikasi dengan pekerja kesehatan lainnya (Bidan, dokter dan perawat) dengan rasa hormat dan martabat.
Ø  Memelihara kerjasama yang baik dengan staf kesehatan dan rumah sakit pendukung untuk memastikan sistem rujukan yang optimal.
Ø  Melaksanakan kegiatan pemantauan mutu yang mencakup penilaian sejawat, pendidikan berkesinambungan, mengkaji ulang kasus audit maternal/perinatal.
Ø  Bekerjasama dengan masyarakat tempat bidang praktek, meningkatkan akses dan mutu asuhan kebidanan.
Ø  Menjadi bagian dari upaya meningkatkan status wanita, kondisi hidup mereka dan menghilangkan praktik kultur yang sudah terbukti merugikan kaum wanita.


   III.            RUANG LINGKUP KEBIDANAN

1.      Ruang Lingkup Praktik Kebidanan
Ruang lingkup praktik kebidanan adalah batasan dari kewenangan bidan dalam menjalankan praktiknya yang berkaitan dengan upaya pelayanan kebidanan dan jenis pelayanan kebidanan..
Dalam melaksanakan praktik, bidan memberikan asuhan sesuai dengan kebutuhan terhadap wanita pada masa prakonsepsi, masa hamil, melahirkan dan postpartum, maupun masa interval, melaksanakan pertolongan persalingan di bawah tanggung jawabnya sendiri dan memberikan asuhan pada bayi baru lahir, bayi dan anak balita dalam rangka menyiapkan sumber daya manusia/generasi penerus yang berkualitas. Asuhan tersebut termasuk tindakan pemeliharaan, pencegahan, deteksi, serta intervensi dan rujukan pada keadaan resiko tinggi termasuk kegawatan pada ibu dan anak.

2.      Sasaran Praktik Kebidanan
Sasaran praktik kebidanan adalah individu yang termasuk dalam sasaran tersebut yaitu remaja dalam masa pra-nikah. Kelurga yang termasuk yaitu Ibu hamil, ibu masa bersalin, ibu nifas, bayi baru lahir(bbl) dan balita, ibu dengan kebutuhan KB dan dalam masa lansia. Masyarakat meliputi  upaya peningkatan, pencegahan, penyembuhan dan pemulihan.

3.      Lahan Praktik Pelayanan Kebidanan

Lahan praktik pelayanan kebidanan merupakan tempat dimana bidan menerapkan ilmu dalam memberikan pelayanan kebidanan/asuhan kebidanan kepada klien dengan pendekatan manajemen kebidanan.
Tempat tersebut meliputi:
1)      Rumah Sakit
2)      Puskesmas
3)      RB (Rumah Bersalin)
4)      Poliklinik
5)      BPS (Bidan Praktik Swasta)
6)      Polindes
7)      Posyandu

4.      Perkembangan Dalam Praktik Kebidanan

Perkembangan Pelayanan Kebidanan di Indonesia
Pelayanan kebidanan adalah seluruh tugas yang menjadi tanggung jawab profesi bidan dalam sistem pelayanan kesehatan yang bertujuan untuk meningkatkan kesehatan kaum perempuan khususnya ibu dan anak-anak. Layanan kebidanan yang tepat akan meningkatan keamanan dan kesejahteraan ibu dan bayinya. Layanan kebidanan oleh bidan dapat dibedakan meliputi:
a.       Layanan kebidanan primer yaitu layanan yang diberikan sepenuhnya atas tanggung jawab bidan.
b.      Layanan kolaborasi yaitu layanan yang dilakukan oleh bidan sebagai anggota tim secara bersama-sama dengan profesi lain dalam rangka pemberian pelayanan kesehatan
c.       Layanan kebidanan rujukan yaitu merupakan pengalihan tanggung jwab layanan oleh bidan kepada sistem layanan yang lebih tinggi atau yang lebih kompeten ataupun pengambil alihan tanggung jawab layanan/menerima rujukan dari penolong persalinan lainnya seperti rujukan.

Bidan dalam melaksanakan peran, fungsi dan tugasnya didasarkan pada kemampuan dan kewenangan yang diberikan. Kewenangan tersebut diatur melalui Peraturan Menteri Kesehatan (Permenkes). Permenkes yang menyangkut wewenang bidan selalu mengalami perubahan sesuai dengan kebutuhan dan perkembangan masyarakat.



Permenkes tersebut dimulai dari:
a)      Permenkes No. 5380/IX/1963, wewenang bidan terbatas pada pertolongan persalinan normal secara mandiri, didampingi tugas lain
b)      Permenkes No. 363/IX/1980, yang kemudian diubah menjadi Permenkes 623/1989 wewenang bidan dibagi menjadi dua yaitu wewenang umum dan khusus ditetapkan bila bidan meklaksanakan tindakan khusus di bawah pengawasan dokter. Pelaksanaan dari Permenkes ini, bidan dalam melaksanakan praktek perorangan di bawah pengawasan dokter
c)      Permenkes No. 572/VI/1996, wewenang ini mengatur tentang registrasi dan praktek bidan. Bidan dalam melaksanakan prakteknya diberi kewenangan yang mandiri. Kewenangan tersebut disertai dengan kemampuan dalam melaksanakan tindakan.

 Dalam wewenang tersebut mencakup:
1)      Pelayanan kebidanan yang meliputi pelayanan ibu dan anak.
2)      Pelayanan Keluarga Berencana
3)      Pelayanan Kesehatan Masyarakat

d)      Kepmenkes No. 900/Menkes/SK/VII/2002 tentang registrasi dan praktek bidan revisi dari Permenkes No. 572/VI/1996. Dalam melaksanakan tugasnya, bidan melakukan kolaborasi, konsultasi dan merujuk sesuai dengan kondisi pasien, kewenangan dan kemampuannya.

Dalam keadaan darurat bidan juga diberi wewenang pelayanan kebidanan yang ditujukan untuk penyelamatan jiwa. Dalam aturan tersebut juga ditegaskan bahwa bidan dalam menjalankan praktek harus sesuai dengan kewenangan, kemampuan, pendidikan, pengalaman serta berdasarkan standar profesi. Pencapaian kemampuan bidan sesuai dengan Kepmenkes No. 900/2002 tidaklah mudah, karena kewenangan yang diberikan oleh Departemen Kesehatan ini mengandung tuntutan akan kemampuan bidan sebagai tenaga profesional dan mandiri.

5.      Pelayanan Kebidanan
Perawatan zaman dahulu atau sekarang dilakukan oleh dukun pria atau dukun wanita, dukun menjalankan perawatanya biasanya dirumah penderita atau di rawat di rumah dukunnya sendiri. Cara-cara mengobati penderita itu sendiri antara lain:
1)      Dengan membaca mantra-mantra memohon pertolongan kepada Tuhan YME
2)      Dengan cara mengusir setan-setan yang mengganggu dengan menyajikan kurban-kurban di tempat itu, macamnya kurban ditentukan oleh dukun.
3)      Melakukan massage/mengurut penderita.
4)      Penderita harus melakukan pantangan atau diet yang oleh dukun itu pula.
5)      Kadang-kadang dukun bertapa untuk mendapatkan ilham cara bagaimana menyembuhkan penderita itu.
6)      Memakai obat-obatan banyak dipakai dari tumbuh-tumbuhan yang segar dari daun mudanya, batang, kembang akarnya

6.      Perawatan Kebidanan
a.       Kehamilan
Semua wanita hamil diadakan pemeriksaan kehamilan yang dilakukan oleh dukun bayi dan dukun memberikan nasehat-nasehat seperti:


·        Melakukan pantangan :
Ø  Pantangan makanan tertentu
Ø  Pantangan terhadap pakaian
Ø  Pantangan terhadap jangan pergi malam
Ø  Pantangan jangan duduk di muka pintu
·        Kenduri
Kenduri adalah sebuah tradisi yang sudah berjalan sekian puluh tahun, mungkin malah sudah ratusan tahun. Tradisi ini masih banyak berlangsung terutama di desa-desa. Hakekatnya sama, hanya istilahnya saja yang mungkin berbeda. Pada intinya kenduri merupakan mekanisme sosial untuk merawat dan menjga kebersamaan sehingga cita-cita yang sejak semua dibuat diteguhkan kembali. Kenduri pertama kali dilakukan pada waktu hamil 3 bulan sebagai tanda wanita itu hamil. Kenduri ke dua dilakukan pada waktu umur kehamilan 7 bulan.

b.      Perasalinan
Biasanya persalinan dilakukan dengan duduk di atas tikar, di lantai dukun yang menolong menunggu sampai persalinan selesai. Cara bekerja dengannya mengurut-ngurut perut ibu. Menekannya serta menarik anak apabila anak telah kelihatan. Selama menolong dukun banyak membaca mantra-mantra. Setelah anak lahir anak diciprati anak dengan air agar menangis. Tali pusat dipotong dengan hinis atau bamboo kemudian tali pusatnya diberi kunyit sebagai desinfektan.

c.       Nifas
Setelah bersalin ibu dimandikan oleh dukun selanjutnya ibu sudah harus bisa merawat dirinya sendiri lalu ibu di berikan juga jamu untuk peredaran darah dan untuk laktasi Pelayanan Kebidanan di Indonesia Sejak dulu sampai sekarang tenaga yang memegang peranan dalam pelayanan kebidanan ialah “ Dukun bayi “ ia merupakan tenaga terpercaya dalam lingkungannya terutama dalam hal-hal yang berkaitan dengan reproduksi, kehamilan , persalinan dan nifas. Pada zaman pemerintahan Hindia Belanda, angka kematian ibu dan anak sangat tinggi. Tenaga penolong persalinan adalah dukun. Pada tahun 1807 (zaman Gubernur jenderal Hendrik William Deandels) para dukun dilatih dalam pertolongan persalinan, tetapi keadaan ini tidak berlangsung lama karena tidak adanya pelatih kebidanan. Praktek kebidanan modern masuk di Indonesia oleh dokter-dokter Belanda. Pelayanan kesehatan termasuk pelayanan kebidanan hanya diperuntukkan bagi orang-orang Belanda yang ada di Indonesia. Kemudian pada tahun 1849 dibuka pendidikan Dokter Jawa di Batavia (Di RS Milliter Belanda, sekarang RSPAD Gatot Subroto). Seiring dengan dibukanya pendidikan dokter tersebut, pada tahun 1851 di buka pendidikan Bidan bagi wanita pribumi di Batavia oleh seorang Dokter milliter Belanda (Dr. W. Bosch). Lulusan ini kemudian bekerja di Rumah Sakit juga di masyarakat. Mulai saat itu pelayan kesehatan ibu dan anak dilakukan oleh dukun dan Bidan. Kursus bidan yang pertama ini ditutup tahun 1873. Tahun 1879, dimulai pendidikan bidan. Tahun 1950 , setelah kemerdekaan, jumlah paramedis kurang lebih 4000 orang dan dokter umum kurang lebih 475 orang dan dokter dalam bidang obsgyn hanya 6 orang, pada tahun 1952, mulai diadakan pelatihan Bidan secara formal agar dapat meningkatkan kualitas pertolonga persalinan. Kursus untuk dukun masih berlangsung samapai dengan sekarang, yang memberikan kursus adalah Bidan. Perubahan pengetahuan dan keteramilan tentang pelayanan kesehatan ibu dan anak secara menyeluruh di masyarakat dilakukan melalui kursus tambahan yang dikenala dengan istilah Kursus tambahan Bidan (KTB) pada tahun 1953 di Jogjakarta yang akhirnya dilakukan pula di kota-kota besar lain di Nusantara ini. Seiring dengan pelatihan tersebut didirikan balai kesehatan ibu dan anak (BKIA) dimana bidan sebagi penanggung jawab pelayanana kepada masyarakat. Dari BKIA inilah akhirnya mnejadi suatu pelayanan terintregrasi kepada masyarakat yang dinamakan pusat Kesehatan Masyarakat atau Puskesmas pada tahun 1957.
Kegiatan BKIA yang dipimpin bidan adalah menyelenggarakan:
1)      Pemeriksaan Antenatal
2)      Pemeriksaan Post natal
3)      Pemeriksaan dan Pengawasan bayi dan anak balita
4)      Kleuarga Berencana
5)      Penyuluhan Kesehatan




  IV.            MANAJEMEN KEBIDANAN
I.                    Identifikasi dan analisis masalah
Bila seorang pasien/klien datang meminta bantuan pada bidan, maka langkah awal dari kegiatan yang dilakukan adalah mengidentifikasi masalah kemudian menganalisis masalah tersebut. Bidan mulai mewawancarai klien untuk menggali data subjektif.

a.       Data subjektif
1)      Biodata mencakup identitas klien :
a.       Nama yang jelas dan lengkap. Bila perlu ditanyakan nama penggilan sehari-hari. Bagi pasien anak, ditanyakan nama orant tua atau wali.
b.      Umur dicatat dalam hitungan tahun. Untuk balita ditanyakan umur dalam hitungan tahun dan bulan.
c.       Alamat ditanyakan untuk maksud mempermudah hubungan bila diperlukan keadaan mendesak. Dengan mengetahui alamat, bidan juga dapat mengetahui tempat tinggal dan lingkungannya.
d.      Pekerjaan klien ditanyakan untuk mengetahui kemungkinan pengaruh pekerjaan terhadap permasalaha kesehatan pasien. Pekerjaan orang tua bila pasien anak balita.
e.       Agama ditanyakan untuk mengetahui kemungkinan pengaruhnya terhadap kebiasaan kesehatan klien. Dengan diketahui agama klien akan memudahkan bidan melakukan pendekatan di dalam melaksanakan asuhan kebidanan.
f.        Pendidikan klien ditanyakan untuk mengetahui tingkat intelektualnya. Tingkat pendidikan mempengaruhi sikap perilaku kesehatan seseorang. Untuk anak balita perlu ditanyakan pendidikan orang tua atau walinya.
2)      Riwayat menstruasi
Hal yang perlu ditanyakan : menarche, siklus menstruasi, lamanya, banyaknya darah yang keluar, aliran darah yang keluar, mentruasi terakhir, adakah dismenorhe, gangguan sewaktu menstruasi (metrorhagi, menoraghi), gejala premenstrual.  
3)      Riwayat perkawinan
Kawin                                                 : ……………. Kali
Usia kawin pertama                : ……………. Kali
4)      Riwayat kehamilan dan persalinan
Ø  Jumlah kehamilan dan kelahiran : G (gravid), P (para), A (abortus), H (hidup).
Ø  Riwayat persalinan yaitu jarak antara dua kelahiran, tempat melahirkan, lamanya melahirkan, cara melahirkan.
Ø  Masalah/gangguan kesehatan yang timbul sewaktu hamil dan melahirkan, missal : preeklampsi, infeksi, dll.
5)      Riwayat ginekologi
Pengalaman yang berkaitan dengan penyakit kandungan mencakup : infertilitas, penyakit kelamin, tumor atau kanker, system reproduksi, operasi ginekologis.
6)      Riwayat keluarga berencana
Bila ibu pernah mengikuti KB perlu ditanyakan : jenis kontrasepsi, efek samping, alas an berhenti (bila tidak memakai lagi), lamanya menggunakan alat kontrasepsi.
7)      Riwayat kehamilan sekarang
Waktu mandapat haid terakhir, keluhan berkaitan dengan kehamilan.
8)      Gambaran penyakit yang lalu.
Ditanyakan untuk mengetahui apakh ada hubungannya dengan masalah yang dihadapi oleh klien. Misalnya penyakit campak atau cacar air sewaktu kecil, penyakit jantung, hipertensi, dll. Apakah pernah diirawat di RS ? kapan ? berapa lama ? penyakit apa ? dan lain sebagainya.
9)      Riwayat penyakit keluarga
Untuk mengetahui kemungkinan adanya pengaruh penyakit terhadap gangguan kesehatan pasien. Riwayat keluarga yang perlu ditanyakan misalnya jantung, diabetes, ginjal, kelainan bawaan, kehamilan kembar.
10)  Keadaan sosial budaya
Untuk mengetahui keadaan psikososial perlu ditanyakan antara lain :  jumlah anggota keluarga, dukungan moral dan material dari keluarga, pandangan, dan penerimaan keluarga terhadap kehamilan, kebiasaan-kebiasaan yang menguntungkan dan merugikan, pandangan terhadap kehamilan, persalinan dan anak baru lahir.
b.      Data objektif
Data objektif dikumpulkan  melalui :
Ø  Pemeriksaan fisik
Ø  Pemeriksaan khusus.
Ø  Pemeriksaan penunjang.

II.                      Diagnosis
Di dalam diagnosis unsur-unsur berikut perlu dicantumkan yaitu :
·        Keadaan pasien / klien (khusus bagi ibu hamil dan melahirkan termasuk keadaan bayinya).
·        Masalah utama dan penyebabnya.
·        Masalah potensial.

III.               Rencana tindakan
Berdasarkan diagnosis yang telah ditegakkan, bidan menyusun rencana tindakan yang harus dilakukan kepada kliennya. Rencana tindakan tersebut berisikan tujuan dan hasil yang akan dicapai dan langkah-langkah kegiatan termasuk rencana evaluasi.
Tujuan di dalam rencana kegiatan menunjukkan perbaikan-perbaikan yang diharapkan. Misalnya, tujuan asuhan pada ibu dalam keadaan inpartu adalah menyelesaikan persalinan dengan baik. Hasil dari tindakan adalah ibu yang melahirkan dan anak yang dilahirkan dalam keadaan sehat dan selamat.
Langkah-langkah tindakan dilakukan berdasarkan masalah yang dihadapi oleh pasien / klien. Langkah-langkah tindakan merupakan upaya intervensi untuk mengatasi masalah. Misalnya, ibu yang dalam keadaan inpartu, dan kurang siap untuk melahirkan secara fisiologis, maka di dalam langkah-langkah tindakan yang dilakukan oleh bidan ialah member dorongan agar ibu memiliki kemampuan kuat untuk melahirkan dan kemudian memberikan bimbingan dalam menyelesaikan persalinan.
Rencana evaluasi dibuat untuk mengetahui sejauh mana keberhasilan tindakan dilakukan.
Di dalam rencana evaluasi ditentukan sasaran yang akan dicapai. Misalnya, dalam evaluasi ibu di masa persalinan, maka criteria evaluasi antara lain :
·        Tekanan darah, denyut nadi dalam batas normal.
·        Keadaan his : kekuatan, frekuensi, dan lamanya semakin bertambah sewaktu mendekati kala II.
·        DJJ harus selalu positif.
·        Turunnya kepala bayi semakin maju melalui saluran persalinan.
·        Pembukaan serviks semakin melebar (lengkap dengan garis menengah sekitar 10 cm )

IV.               Tindakan pelaksanaan
Tindakan yang dilakukan oelh bidan sesuai dengan rencana yang telah disusun. Tindakan yang dilakukan berdasarkan prosedur yang telah lazim diikuti atau dilakukan. Misalnya, di dalam melakukan tindakan pada kasus partus kala II, bidan melakukan prosedur :
Ø  Ibu mengedan sewaktu his menguat
Ø  Menekan dinding perineum agar tidak robek
Ø  Mempermudah gerak rotasi kepala bayi
Ø  Mengeluarkan bahu dan seterusnya sampai bayi lahir dengan sempurna.
Di dalam tahap ini, bidan melakukan observasi sesuai dengan criteria evaluasi yang telah direncanakan. Bila bidan perlu memberikan infus atau pemberian obat, maka tindajan tersebut dilakukan sesuai dengan prosedur tetap yang berlaku.
Berbagai hal yang perlu mendapat perhatian di dalam tahap pelaksanaan ini ialah :
a.        Intervensi yang dilakukan harus verdasarkan prosedur tetap yang lazim dilakukan.
b.      Pengamantan dilakukan secara cermat dan tepat sesuai dengan criteria evaluasi yang ditetapkan.
c.       Pengendalian keadaan pasien/klien sehingga secara berangsur-angsur menuju kondisi kesehatan yang diharapakn.
Di dalam melaksanakan tindakan, bidan dapat melakukan asuhan secara mandiri untuk kasus-kasus yang di dalam batas kewenangannya. Bila bidan menemukan kasus di luar batas kewenangannya di dalam melakukan tindakan, maka pasien/klien tersebut dirujuk ke rumah sakit (dengan dokter atau tenaga kesehatan lainnya pada kasus-kasus tertentu.

V.                 Evaluasi
Bidan melakukan evaluasi sesuai dengan criteria yang telah ditetapkan di dalam rencana kegiatan. Tujuan evaluasi adalah untuk mengetahui kemajuan hasil dari tindakan yang dilakukan. Semakin dekat hasil tindakan yang dilakukan dengan sasaran yang ditetapkan didalam criteria evaluasi, tindakan akan mendekati keberhasilan yang diharapakan.
Misalnya, ibu telah menyelesaikan persalinan. Di dalam evaluasi menunjukkan tekanan darah dan denyut nadi normal, bayi lahir dengan selamat dan tidak ada kelainan, serta plasenta keluar denganspontan, dan tidak terjadi pendarahan setelah partus.
  Maka hasil evaluasi menunjukkan bahwa tujuan pertolongan persalinan tercapai, dan hasilnya ibu dapat menyelesaikan persalinan dengan selamat dalam keadaan sehat, disertai bayi yang dilahirkan juga dalam keadaan sehat.
  Hasil evaluasi dapat digunakan untuk kegiatan asuhan lebih lanjut bila diperlukan, atau sebagai bahan peninjauan terhadap langkah-langkah di dalam proses manajemen sebelumnya oleh karena tindakan yang dilakukan kurang berhasil.

VI.              KONSEPTUAL  MODEL  ASUHAN KEBIDANAN


A.     Defenisi Model Konseptual Asuhan Kebidanan
                        Model adalah contoh atau peraga untuk menggambarkan sesuatu.Konseptual model asuhan kebidanan adalah suatu bentuk pedoman/acuan yang merupakan kerangka kerja seorang bidan dalam memberikan asuhan kebidanan dipengaruhi oleh filosofi yang dianut bian(filosofi asuhan kebidanan ) meliputi unsur-unsur yang terdapat dalam paradigma kesehatan(manusia-prilaku,lingkungan dan pelayanan kesehatan.

Model konseptual kebidanan adalah :Gambaran abstrak suatu ide yang menjadi dasar suatu disiplin ilmu
Model konseptual kebidanan biasanya berkembang dari teori dasar intuitif keilmuan yang sering kali disimpulkan dalam kerangka acuan disiplin ilmu yang bersangkutan (Fawcett, 1992)
Model memberikan kerangka untuk memahami dan mengembangkan praktik guna membimbing tindakan dalam pendidikan untuk mengidentifikasi pertanyaan yang harus dijawab dalam penelitian.

Kegunaan model konseptual adalah :Untuk menggambarkan beberapa aspek (konkret maupun abstrak). Merupakan gagasan mental sebagai bagian deri teori yang membantu ilmu-ilmu social mengonsep dalam menyamakan aspek-aspek proses social. Menggambarkan suatu kenyataan gambaran abstrak sehingga banyak digunakan disiplin ilmu lain sebagai parameter garis besar praktik.

B.     Asuhan Kebidanan (midwifery care)
Care dalam bahasa Inggris mempunyai arti memelihra,mengawasai,memperhatikan dengan sepenuhnya. Dihubungkan dengan kebidanan care disebut asuhan Bidan dalam memegang Prinsip Midwifery care yaitu:
Ø  Mengakui dan mendukung keterkaitan antara fisik ,psikis dan lingkungan kultur social
Ø  Berasumsi bahwa mayoritas wanita bersalinan ditolong tanpa intervensi
Ø  Mendukung dan meningkatkan persalinan alami
Ø  Menggunakan pendekatan pemecahan masalah yang dilandaskan ilmu dan seni
Ø  Wanita punya kekuasaan yaitu berlandaskan tanggung jawab bersama untuk suatu pengambilan keputusan,tetapi wanita punya kontrol atau keputusan akhir mengenai keadaan dirinya dan bayinya
Ø  Dibatasi oleh hukum dan ruang lingkup praktik
Ø  Berprinsip women center care.

C.     Bentuk Asuhan Kebidanan
Ø  Asuhan Kebidanan pada Ibu Hamil
                                      Asuhan ibu hamil oleh bidan dilakukan dengan cara pengumpulan data, menetapkan diagnosis dan rencana tindakan, serta melaksanakannya untuk menjamin keamanandam kepuasan serta kesejahteraan ibu dan janin selama periode kehamilan

Ø  Asuhan Kebidanan pada Ibu Bersalin
                                    Asuhan persalinan oleh bidan dimulai dengan mengumpulkan data, menginterpretasikan data untuk menentukan diagnosis persalinan dan mengidentifikasikan masalah/kebutuhan, membuat rencana, dan melaksanakan tindakan dengan memantau kemajuan persalinan serta menolong persalinan untuk menjamin keamanan dan kepuasan ibu selama periode persalinan.

Ø  Asuhan Kebidanan pada Bayi Baru Lahir
Asuhan bayi baru lahir oleh bidan dimulai dengan menilai kondisi dayi, memfasilitasi terjadinya pernafasan spontan, mencegah hipotermia, menfasilitasi kontak dini dan mencegah hipoksia sekunder, menetukan kelainan, serta melakukan tindakan pertolongan dan merujuk sesuai kebutuhan.

Ø  Asuhan Kebidanan pada Ibu Nifas
Asuhan pada ibu nifas oleh bidan dilakukan dengan cara mengumpulkan data, menetapkan diagnosis dan rencana tindakan, serta melaksanakanya untuk mempercepat proses pemulihan dan mencegah komplikasi dengan memenuhi bebutuhan ibu dan bayi selama periode nifas.











BAB III
PEMBAHASAN

Hasil wawancara praktik konsep kebidanan dari kelas A 12.1, pada hari kamis tanggal 07 januari 2016 dan jumad 08 januari 2016 jam 18.00, di BPM  Bidan Mei Muhartani.

Tanggal 07 januari 2016

1.      Pengalaman ibu sebagai bidan profesioanal dalam menghadapi kepanikan pasien yang baru datang pertama untuk melahirkan:
Ø  Menghadapi kepanikan pasien kita bidan melihat siapa yang datang dan mengantar pasien ibu hamil itu yang panik itu siapa saja.
Ø  Melihat juga pengalaman dari pasien, misalnya pasien ibu hamil itu baru pertama mau melahirkan pasri panik atau sudah yang kedua atau ketiga dan seterusnya.
Ø  Memberikan komunikasi teuperetik kepada pasien yang cemas,menenangkan pasien yang  takut dalam menghadapi persalinan dengan mengatakan misalnya bahwa proses persalinan itu adalah hal yang normal, natural, dan melihat kondisi pasien selama itu masih normal.
Ø  Melihat juga hasil pemeriksaan dari ibu selama kehamilan ada kelainan atau tidak sehingga ibu bisa di tolong di klinik.
Ø  Menyampaikan kepada ibu bahwa persalinan itu sebuah proses persalinan itu tidak dapat di prediksi bahwa akan terjadi baik atau tidak, sehingga selalu di minta data pasien. Terutama juga persetujuan dan tanda tangan dari pihak keluarga (inform consent).
Ø  Memberitahu pasien juga fasilitas penunjang yang ada di klinik.
2.      Bagaimana dengan pasien yang datang, apa langsung di terima:
Ø  Tidak semuanya, di Tanya keinginan pasien apa pasienya mau untuk di rawat di klinik atau tidak.
Ø  Meminta data dan juga tetap menandatangani inform consent
3.      Tips ibu bidan dalam menjadi pendamping wanita:
Ø  Komunikasi yang baik dengan pasien, maka pasien akan percaya dengan kita.
Ø  Menjalin hubungan personal dengan pasien sehinggah mengenalnya lebih dalam.
Ø  Menunjukan ilmu dan keterampilan kita kepada pasien, dan tetap berprinsip bahwa pelayanan kita itu punya prosedur dan standarnya.
Ø  Melakukan pelayanan dengan standar-standar kompetensi bidan yang baik sehingga menghasilkan pelayana yang berkualitas bukan asala-asal saja pelayanannya.
Ø  Memberi kepercayaan juga kepada pasien dengan memberitahu apa saja fasilitas yang mendukung di klinik kita, fasilitas pelayanan ibu hamul, melahirkan, immunisasi, KB, kesehatan reproduksi wanita, tumbuh kembang anak.
4.      Peran ibu dalam upaya pelayanan kesehatan di klinik:
Ø  Sebagai pimpinan, sekaligus sebagai manejer yang menjalankan klinik.
Ø  Sebagai pegawai juga yang bertugas untuk jaga malam

5.      Kasus apa saja yang di konsultasi ke pihak lain ;
Ø  Dalam kebidanan
Ø  Dalam persalinan
Ø  Dalam nifas
6.      Standard SOAP yang di berikan kepada pasien yang datang ke klinik bidan :
Ø  Memberikan pelayanan secara umum misalnya pasien yang datang mau memeriksa kehamilan, kita beri asuhan kehamilan dari data subyektif, data obyektif,
7.       




Tanggal 08 januari 2016
1.      Dalam pelayanan kesehatan apa saja yang diberikan pada balita?
Ø  Pelayanan balita sehat
Ø  Pertumbuhan Baik
Ø  Sakit (balita sakit) dengan memakai asuhan kebidanan
2.      Untuk pelayanan kesehatan pada remaja yang pernah diberikan di tempat ini seperti apa dan contohnya:  Untuk reproduksi remaja biasanya konseling masalah reproduksi
3.      Dalam bentuk apa  pelayanan kesehatan bagi wanita hamil yang diberikan disini di klinik bidan :
Ø  Meliputi pemeriksaan anak
Ø  Pemeriksaan-Pemeriksaan Penunjang
Ø  Pemeriksaan laboratorium seperti urin, reproduksi, imunisasi TT, HB, dan HIV
4.       Dalam bentuk apa pelayanan kesehatan bagi wanita melahirkan yang diberikan diklinik bidan:
Ø  Asuhan persalinan normal dan
Ø  BBL
Ø  Penanganan Emergency
Ø  Pendarahan pasang infus
Ø  Diatasi sebelum dirujuk
5.      Dalam bentuk apa pelayanan kesehatan bagi wanita nifas yang diberikan di klinik bidan:
Memberikan asuhan pada ibu nifas berupa perawatan payudara, kecukupan ASI atau tidak, Pemeriksaan jalan lahir, bekas jahitan, cara menyusui, dan memberikan KB.
6.      Dalam bentuk apa pelayanan kesehatan bagi wanita menyusui yang diberikan diklinik bidan :
Mengajari tentang ASI ekslusif 6 bulan, cara menyusui baik dan benar, konseling tentang gizi (seperti makanan bergizi), dan pijat oksitosin
7.      Dalam bentuk apa bu, pelayanan kesehatan bagi wanita lanjut usia yang pernah diberikan diklinik bidan :
Mengajari tentang masalah menopause dan masalah deteksi leher rahim
8.      Promosi dan penkes bagi ibu, keluarga dan masyarakat:
Ø  Menghadapi Kehamilan
Ø  Menghadapi persalinan
Ø  Menyusui
Ø  Menjadi orang tua
Ø  Kesehatan perempuan
Ø  KB
Ø  Kesehatan bayi
9.      Contoh promosi kesehatan apa yang biasa ibu lakukan?
Memberikan Konseling kesehatan bagi ibu , kb , bersalin dan setelah bersalin , memberikan konsling kepada pasien sebelum pulang , memberi informasi kesehatan kepada masyarakat,
Contohnya : mengadakan kerja sama dengan BPJS ,sehingga pasien yang memiliki BPJS boleh berobat atau berkunjung ke BPMnya ibu memberikan pelyanan yang baik bagi pasien yang berkunjung dipuskesmas, jika ada pasien yang ke puskesmas maka dari pihak puskesmas memberikan rujukan kepada BPMnya ibu.







































BAB IV
PENUTUP

I.                    Kesimpulan dan Saran

Perkembangan pelayanan dan pendidikan kebidanan nasional maupun international terjadi begitu cepat. Hal ini menunjukkan bahwa perkembangan pelayanan dan pendidikan kebidanan merupakan hal yang penting untuk dipelajari oleh petugas kesehatan khususnya bidan yang bertugas sebagai bidan pendidik maupun bidan di pelayanan, sehingga dalam makalah ini kami sebagai kelompok menyimpulkan bahwa seorang bidan dalam pelayanannya tettap mengikuti standard dan asuhan kebidanan yang ada dalam konsep kebidanan. Seperti dalam hasil wawancara yang telah di lakukan oleh kelas A12.1 di BPM bidan Mei Muhartanti.
Kami dari kelompok juga menyadari bahwa sangat banyak kekurangan dalam makalah ini karena itu kami mohon agar di baca dan di koreksi jika ada kata atau kalimat yang tidak sesuai dengan harapan dari pembaca.

































DAFTAR PUSTAKA


Ø  Soepardan, Suryani. (2006). Konsep Kebidanan. Bandung: ECG
Ø  A. Aziz Alimul Hidayat. (2002). Pengantar Dokumentasi Proses Keperawatan. Jakarta: EGC.
Ø  A. Aziz Alimul Hidayat (2002), Pengantar Pedidikan Keperawatan, Jakarta: CV. Sagung Selo,
Ø  Alfaro Rosalida (2002), Application of Nursing Procces, A Step By Step Guide, Philadelphia, JB Lippicott
Ø  Asri Hidayat, dan Mufdlilah 2008. Catatan Kuliah Konsep Kebidanan Plus Materi Bidan Delima. Yogyakarta: Mitra Cendikia Press.
Ø  Arsinah, dkk. 2010. Konsep Kebidanan. Yogyakarta: Graha Ilmu.
Ø  Bart smet. (1994). Psikolog Kesehatan. PT Grasindo. Jakarta.
Ø  Dadang Hawari. (2001). Manajemen Stress, Cemas & Depresi, FKUI Jakarta.
Ø  Julia B. George. (1989). Nursing theories the Base of Professional Nursing Practise. Third edition. New Jersey
Ø  Kozioner B. (1997).  Fundamental of nursing Concep and Procedure, California Anderson Wesley Publishing co
Ø  Le ode Jumadi gattar (1999).  Pengantar keperawatan professional, EGC, Jakarta
Ø  Nursalam (2001). Proses dokumentasi Keperawatan Konsep dan Praktek. Jakarta: Salemba Medica.
Ø  Soepardan, Suryani, 2007. Konsep Kebidanan. Jakarta: EGC.
Ø  Sujianti, dan Susanti, 2009. Buku Ajar Konsep Kebidanan ”Teori & Aplikasi”. Yogyakarta: Nusa Medika.Fadilah, Siti. (2007). Keputusan Menteri Kesehatan Tentang. Jakarta

Tidak ada komentar:

Posting Komentar