PSIKOLOGI PERKEMBANGAN ANAK
Pertumbuhan dan Perkembangan
Istilah
pertumbuhan dan perkembangan seringkali dipergunakan seolah-olah keduanya
mempunyai pengertian yang sama, karena menunjukan adanya suatu proses perubahan
tertentu yang mengarah kepada kemajuan. Padahal sesungguhnya istilah
pertumbuhan dan perkembangan ini mempunyai pengertian yang berbeda. Pertumbuhan
dapat diartikan sebagai perubahan yang bersifat kuantitatif, sebagai akibat
dari adanya pengaruh luar atau lingkungan. Pertumbuhan mengandung arti adanya
perubahan dalam ukuran dan struktur tubuh sehingga lebih banyak menyangkut
perubahan fisik.
Pertumbuhan
dapat didefinisikan pula sebagai perubahan secara fisiologis sebagai hasil dari
proses pematangan fungsi-fungsi fisik yang berlangsung secara normal pada diri
individu yang sehat dalam fase-fase tertentu. Hasil dari pertumbuhan ini berupa
bertambah panjangnya tulang-tulang terutama lengan dan tungkai, bertambah
tinggi dan berat badannya serta makin bertambah sempurnanya susunan tulang dan
jaringan syaraf. Pertumbuhan ini akan terhenti setelah adanya maturasi atau
kematangan pada diri individu.
Berbeda
dengan pertumbuhan, perkembangan adalah suatu perubahan fungsional yang
bersifat kualitatif, baik dari fungsi-fungsi fisik maupun mental sebagai hasil
keterkaitannya dengan pengaruh lingkungan.
Perkembangan
dapat juga dikatakan sebagai suatu urutan-urutan perubahan yang bertahap dalam
suatu pola yang teratur dan saling berhubungan. Perubahanperubahan yang terjadi
dalam perkembangan ini bersifat tetap, menuju ke suatu arah, yaitu ke suatu
tingkat yang lebih tinggi. Contohnya : anak diperkenalkan bagaimana cara
memegang pensil, membuat huruf-huruf dan diberi latihan oleh orang tuanya.
Kemampuan belajar menulis akan mudah dan cepat dikuasai anak apabila proses
latihan diberikan pada saat otot-ototnya telah tumbuh dengan sempurna, dan saat
untuk memahami bentuk huruf telah diperolehnya. Dengan demikian anak akan mampu
memegang pensil dan membaca bentuk huruf. Melalui belajar anak akan berkembang,
dan akan mampu mempelajari hal-hal yang baru. Perkembangan akan dicapai karena
adanya proses belajar, sehingga anak memperoleh pengalaman baru dan menimbulkan
perilaku baru.
Dari
uraian pengertian perkembangan di atas perlu disadari bahwa pertumbuhan fisik mempengaruhi
perkembangan psikis individu, karena pada suatu saat tertentu kedua istilah ini
dapat digunakan secara bersamaan. Dengan kata lain perkembangan merupakan hasil
dari pertumbuhan, pematangan fungsi-fungsi fisik, pematangan fungsi-fungsi
psikis dan usaha belajar.
Prinsip-prinsip Perkembangan
Perkembangan
individu berlangsung sepanjang hayat, dimulai sejak masa pertemuan sel ayah
dengan ibu (masa konsepsi) dan berakhir pada saat kematiannya. Perkembangan
individu ini bersifat dinamis, perubahannya kadang-kadang lambat, tetapi bisa
juga cepat, hanya berkenaan dengan salah satu aspek ataupun beberapa aspek
perkembangan. Perkembangan tiap individu juga tidak selalu seragam, seorang
berbeda dengan yang lainnya baik dalam temponya, iramanya maupun kualitasnya.
Dalam
perkembangan individu dikenal prinsip-prinsip perkembangan sebagai berikut :
1. Perkembangan berlangsung seumur hidup dan meliputi semua aspek. Perkembangan bukan hanya berkenaan dengan aspek-aspek tertentu tetapi menyangkut semua aspek. Perkembangan aspek tertentu mungkin lebih terlihat dengan jelas, sedangkan aspek yang lainnya lebih tersembunyi. Perkembangan tersebut juga berlangsung terus sampai akhir hayatnya, hanya pada saat tertentu perkembangannya lambat bahkan sangat lambat, sedangkan pada saat lain sangat cepat. Jalannya perkembangan individu itu berirama dan irama perkembangan setiap anak tidak selalu sama.
2. Setiap anak memiliki kecepatan (tempo) dan kualitas perkembangan yang berbeda. Seseorang mungkin mempunyai kemampuan berpikir dan membina hubungan sosial yang sangat tinggi dan tempo perkembangannya dalam segi itu sangat cepat, sedang dalam aspek lainnya seperti keterampilan atau estetika kemampuannya kurang dan perkembangannya lambat. Sebaliknya, ada anak yang ketrampilan dan estetikanya berkembang pesat sedangkan kemampuan berpikir dan hubungan sosialnya agak lambat.
3. Perkembangan secara relatif beraturan, mengikuti pola-pola tertentu. Perkembangan sesuatu segi didahului atau mendahului segi yang lainnya. Anak bisa merangkak sebelum anak bisa berjalan, anak bisa meraban sebelum anak bisa berbicara, dan sebagainya.
4. Perkembangan berlangsung secara berangsur-angsur sedikit demi sedikit. Secara normal perkembangan itu berlangsung sedikit demi sedikit tetapi dalam situasisituasi tertentu dapat juga terjadi loncatan-loncatan. Sebaliknya dapat juga terjadi kemacetan perkembangan aspek tertentu.
1. Perkembangan berlangsung seumur hidup dan meliputi semua aspek. Perkembangan bukan hanya berkenaan dengan aspek-aspek tertentu tetapi menyangkut semua aspek. Perkembangan aspek tertentu mungkin lebih terlihat dengan jelas, sedangkan aspek yang lainnya lebih tersembunyi. Perkembangan tersebut juga berlangsung terus sampai akhir hayatnya, hanya pada saat tertentu perkembangannya lambat bahkan sangat lambat, sedangkan pada saat lain sangat cepat. Jalannya perkembangan individu itu berirama dan irama perkembangan setiap anak tidak selalu sama.
2. Setiap anak memiliki kecepatan (tempo) dan kualitas perkembangan yang berbeda. Seseorang mungkin mempunyai kemampuan berpikir dan membina hubungan sosial yang sangat tinggi dan tempo perkembangannya dalam segi itu sangat cepat, sedang dalam aspek lainnya seperti keterampilan atau estetika kemampuannya kurang dan perkembangannya lambat. Sebaliknya, ada anak yang ketrampilan dan estetikanya berkembang pesat sedangkan kemampuan berpikir dan hubungan sosialnya agak lambat.
3. Perkembangan secara relatif beraturan, mengikuti pola-pola tertentu. Perkembangan sesuatu segi didahului atau mendahului segi yang lainnya. Anak bisa merangkak sebelum anak bisa berjalan, anak bisa meraban sebelum anak bisa berbicara, dan sebagainya.
4. Perkembangan berlangsung secara berangsur-angsur sedikit demi sedikit. Secara normal perkembangan itu berlangsung sedikit demi sedikit tetapi dalam situasisituasi tertentu dapat juga terjadi loncatan-loncatan. Sebaliknya dapat juga terjadi kemacetan perkembangan aspek tertentu.
5.
Perkembangan berlangsung dari kemampuan yang bersifat umum menuju ke yang lebih
khusus, mengikuti proses diferensiasi dan integrasi. Perkembangan dimulai
dengan dikuasainya kemampuan-kemampuan yang bersifat umum, seperti kemampuan
memegang dimulai dengan memegang benda besar dengan kedua tangannya, baru
kemudian memegang dengan satu tangan tetapi dengan kelima jarinya. Perkembangan
berikutnya ditunjukkan dengan anak dapat memegang dengan beberapa jari, dan
akhirnnya menggunakan ujung-ujung jarinya. Dalam perkembangan terjadi proses
diferensiasi atau penguraian ke hal yang lebih kecil dan terjadi pula proses
integrasi. Dalam integrasi ini beberapa kemampuan khusus/kecil itu bergabung
membentuk satu kecakapan atau keterampilan.
6. Secara normal perkembangan individu mengikuti seluruh fase, tetapi karena faktor-faktor khusus, fase tertentu dilewati secara cepat, sehingga nampak ke luar seperti tidak melewati fase tersebut, sedangkan fase lainnya diikuti dengan sangat lambat, sehingga nampak seperti tidak berkembang.
7. Sampai batas-batas tertentu, perkembangan sesuatu aspek dapat dipercepat atau diperlambat. Perkembangan dipengaruhi oleh faktor pembawaan dan juga faktor lingkungan. Kondisi yang wajar dari pembawaan dan lingkungan dapat menyebabkan laju perkembangan yang wajar pula. Kekurangwajaran baik yang berlebih atau berkekurangan dari faktor pembawaan dan lingkungan dapat menyebabkan laju perkembangan yang lebih cepat atau lebih lambat.
8. Perkembangan aspek-aspek tertentu berjalan sejajar atau berkorelasi dengan aspek lainnya. Perkembangan kemampuan sosial berkembang sejajar dengan kemampuan berbahasa, kemampuan motorik sejajar dengan kemampuan pengamatan dan lain sebagainya.
9. Pada saat-saat tertentu dan dalam bidang-bidang tertentu perkembangan pria berbeda dengan wanita. Pada usia 12-13 tahun, anak wanita lebih cepat matang secara sosial dibandingkan dengan laki-laki. Fisik laki-laki umumnya tumbuh lebih tinggi dibandingkan dengan wanita. Laki-laki lebih kuat dalam kemampuan inteleknya sedangkan wanita lebih kuat dalam kemampuan berbahasa dan estetikanya.
6. Secara normal perkembangan individu mengikuti seluruh fase, tetapi karena faktor-faktor khusus, fase tertentu dilewati secara cepat, sehingga nampak ke luar seperti tidak melewati fase tersebut, sedangkan fase lainnya diikuti dengan sangat lambat, sehingga nampak seperti tidak berkembang.
7. Sampai batas-batas tertentu, perkembangan sesuatu aspek dapat dipercepat atau diperlambat. Perkembangan dipengaruhi oleh faktor pembawaan dan juga faktor lingkungan. Kondisi yang wajar dari pembawaan dan lingkungan dapat menyebabkan laju perkembangan yang wajar pula. Kekurangwajaran baik yang berlebih atau berkekurangan dari faktor pembawaan dan lingkungan dapat menyebabkan laju perkembangan yang lebih cepat atau lebih lambat.
8. Perkembangan aspek-aspek tertentu berjalan sejajar atau berkorelasi dengan aspek lainnya. Perkembangan kemampuan sosial berkembang sejajar dengan kemampuan berbahasa, kemampuan motorik sejajar dengan kemampuan pengamatan dan lain sebagainya.
9. Pada saat-saat tertentu dan dalam bidang-bidang tertentu perkembangan pria berbeda dengan wanita. Pada usia 12-13 tahun, anak wanita lebih cepat matang secara sosial dibandingkan dengan laki-laki. Fisik laki-laki umumnya tumbuh lebih tinggi dibandingkan dengan wanita. Laki-laki lebih kuat dalam kemampuan inteleknya sedangkan wanita lebih kuat dalam kemampuan berbahasa dan estetikanya.
Karakteristik Anak
Beberapa
ahli dalam bidang pendidikan dan psikologi memandang periode usia TK merupakan
periode yang penting yang perlu mendapat penanganan sedini mungkin. Maria
Montessori (Elizabeth B. Hurlock, 1978 : 13) berpendapat bahwa usia 3 - 6 tahun
sebagai periode sensitive atau masa peka yaitu suatu periode dimana suatu fungsi
tertentu perlu dirangsang, diarahkan sehingga tidak terhambat perkembangannya.
Misalnya masa peka untuk berbicara pada periode ini tidak terlewati maka anak
akan mengalami kesukaran dalam kemampuan berbahasa untuk periode selanjutnya.
Demikian pula pembinaan karakter anak. Pada periode tersebut karakter anak
harus dapat dibangun melalui kegiatan dan pekerjaan. Jika pada periode ini anak
tidak didorong aktivitasnya, perkembangan kepribadiannya akan menjadi
terhambat. Masa-masa sensitif mencakup sensitivitas terhadap
keteraturan\lingkungan, sensitivitas untuk mengeksplorasi lingkungan dengan
lidah dan tangan, sensitivitas untuk berjalan, sensitivitas terhadap
obyek-obyek kecil dan detail, serta sensitivitas terhadap aspek-aspek sosial
kehidupan.
Erikson
(Helms & Turner, 1994 : 64) memandang periode ini sebagai fase sense of
initiative. Pada periode ini anak harus didorong untuk mengembangkan
inisiatifnya, seperti kesenangan untuk mengajukan pertanyaan dari apa yang
dilihat, didengar dan dirasakan. Jika anak tidak mendapat hambatan dari
lingkungannya, maka anak akan mampu mengembangkan inisiatif, dan daya
kreatifnya, dan hal-hal yang produktif dalam bidang yang disenanginya. Guru
yang selalu menolong, memberi nasehat, mengerjakan sesuatu di mana anak dapat melakukan
sendiri maka anak tidak mendapat kesempatan untuk berbuat kesalahan atau
belajar dari kesalahan itu. Pada fase ini terjamin tidaknya kesempatan untuk
berprakarsa (dengan adanya kepercayaan dan kemandirian yang memungkinkannya
untuk berprakarsa), akan menumbuhkan inisiatif. Sebaliknya kalau terlalu banyak
dilarang dan ditegur, anak akan diliputi perasaan serba salah dan berdosa
(guilty). Kartini Kartono (1986:113) mengemukakan bahwa ciri khas anak masa
kanak-kanak adalah sebagai berikut : (1) bersifat egosentris naif, (2)
mempunyai relasi sosial dengan benda-benda dan manusia yang sifatnya sederhana
dan primitif, (3) kesatuan jasmani dan rohani yang hampir-hampir tidak
terpisahkan sebagai satu totalitas, dan (4) sikap hidup yang fisiognomis.
Kartini
Kartono menjelaskan bahwa seorang anak yang egosentris memandang dunia luar
dari pandangannya sendiri, sesuai dengan pengetahuan dan pemahamannya sendiri.
Sikap egosentris yang naif ini bersifat temporer, dan senantiasa dialami oleh
setiap anak dalam proses perkembangannya. Relasi sosial yang primitif merupakan
akibat dari sifat egosentris yang naif tersebut. Ciri ini ditandai oleh
kehidupan individual dan sosialnya masih belum terpisahkan. Anak hanya memiliki
minat terhadap benda-benda dan peristiwa yang sesuai dengan daya fantasinya.
Dengan kata lain anak membangun dunianya dengan khayalan dan
keinginannya.
Kesatuan
jasmani dan rohani yang tidak terpisahkan, maksudnya adalah anak belum dapat
membedakan dunia batiniah dengan lahiriah. Isi lahiriah dan batiniah merupakan
suatu kesatuan yang bulat, sehingga penghayatan anak diekspresikan secara
spontan.
Anak
bersikap fisiognomis terhadap dunianya, artinya secara langsung anak memberikan
atribut pada setiap penghayatannya. Anak tidak bisa membedakan benda hidup
dengan benda mati. Setiap benda dianggapnya berjiwa seperti dirinya, oleh
karena itu anak sering bercakap-cakap dengan bonekanya, dengan kucing, dengan
kelinci dan sebagainya.
Rasa
ingin tahu dan sikap antusias yang kuat terhadap segala sesuatu merupakan ciri
lain yang menonjol pada anak usia 4-5 tahun. Anak memiliki sikap berpetualang
(adventurousness) yang kuat. Anak akan banyak memperhatikan, membicarakan atau
bertanya tentang berbagai hal yang sempat dilihat atau didengarnya.
Pertumbuhan
fisik anak usia 4-5 masih memerlukan aktivitas yang banyak. Kebutuhan anak
untuk melakukan berbagai aktivitas sangat diperlukan, baik untuk pengembangan
otot-otot kecil maupun otot-otot besar. Gerakan-gerak fisik ini tidak sekedar
penting untuk mengembangkan keterampilan fisik saja, tetapi juga dapat
berpengaruh positif terhadap penumbuhan rasa harga diri anak dan bahkan
perkembangan kognisi. Keberhasilan anak dalam menguasai
keterampilanketerampilan motorik dapat membuat anak bangga akan dirinya.
Sejalan
dengan perkembangan keterampilan fisiknya, anak usia sekitar lima tahun ini
semakin berminat pada teman-temannya. Ia akan mulai menunjukkan hubungan dan
kemampuan bekerja sama yang lebih intens dengan teman-temannya. Anak memilih
teman berdasarkan kesamaan aktivitas dan kesenangan.
Kualitas
lain dari anak usia ini adalah abilitas untuk memahami pembicaraan dan
pandangan orang lain semakin meningkat sehingga keterampilan komunikasinya juga
meningkat. Penguasaan akan keterampilan berkomunikasi ini membuat anak semakin
senang bergaul dan berhubungan dengan orang lain. Anak usia TK adalah sosok
individu yang sedang menjalani suatu proses perkembangan dengan sangat pesat
dan sangat fundamental bagi kehidupan selanjutnya. Anak memiliki dunia dan
karakteristik tersendiri yang jauh berbeda dari dunia dan karakteristik orang
dewasa. Anak sangat aktif, dinamis, antusias dan hampir selalu ingin tahu
terhadap apa yang dilihat dan didengarnya serta seolah-olah tak pernah berhenti
untuk belajar.
Aspek-aspek Perkembangan Anak
Perkembangan
berkenaan dengan keseluruhan kepribadian individu anak, karena kepribadian
individu membentuk satu kesatuan yang terintegrasi. Secara umum dapat dibedakan
beberapa aspek utama kepribadian individu anak, yaitu aspek intelektual,
fisik-motorik, sosio-emosional, bahasa, moral dan keagamaan.
Perkembangan
dari tiap aspek kepribadian tidak selalu bersama-sama atau sejajar,
perkembangan sesuatu aspek mungkin mendahului atau mungkin juga mengikuti aspek
lainnya. Pada awal kehidupan anak, yaitu pada saat dalam kandungan dan
tahun-tahun pertama, perkembangan aspek fisik dan motorik sanga menonjol.
Selama sembilan bulan dalam kandungan, ukuran fisik bayi berkembang dari
seperduaratus milimeter menjadi 50 sentimeter panjangnya. Selama dua tahun
pertama, bayi yang tidak berdaya pada awal kelahirannya, telah menjadi anak
kecil yang dapat duduk, merangkak, berdiri, bahkan pandai berjalan dan berlari,
bisa memegang dan mempermainkan berbagai benda atau alat. Aspek intelektual
perkembangannya diawali dengan perkembangan kemampuan mengamati, melihat
hubungan dan memecahkan masalah sederhana. Kemudian berkembang ke arah
pemahaman dan pemecahan masalah yang lebih rumit. Aspek ini berkembang pesat
pada masa anak mulai masuk sekolah dasar (usia 6-7 tahun). Berkembang konstan
selama masa belajar dan mencapai puncaknya pda masa sekolah menengah atas (usia
16-17 tahun).
Perkembangan
aspek sosial diawali pada masa kanak-kanak (usia 3-5 tahun). Anak senang
bermain bersama teman sebayanya. Hubungan persebayaan ini berjalan terus dan
agak pesat terjadi pada masa sekolah (usia 11-12 tahun) dan sangat pesat pada
masa remaja (16-18 tahun). Perkembangan sosial pada masa kanak-kanak
berlangsung melalui hubungan antar teman dalam berbagai bentuk permainan.
Aspek
bahasa berkembang dimulai dengan peniruan bunyi dan suara, berlanjut dengan
meraban. Pada awal masa sekolah dasar berkembang kemampuan berbahasa sosial
yaitu bahasa untuk memahami perintah, ajakan serta hubungan anak dengan teman-temannya
atau orang dewasa. Pada akhir masa sekolah dasar berkembang bahasa pengetahuan.
Perkembangan ini sangat berhubungan erat dengan perkembangan kemampuan
intelektual dan sosial. Bahasa merupakan alat untuk berpikir dan berpikir
merupakan suatu proses melihat dan memahami hubungan antar hal. Bahasa juga
merupakan suatu alat untuk berkomunikasi dengan orang lain, dan komunikasi
berlangsung dalam suatu interaksi sosial. Dengan demikian perkembangan
kemampuan berbahasa juga berhubungan erat dan saling menunjang dengan
perkembangan kemampuan sosial. Perkembangan bahasa yang berjalan pesat pada
awal masa sekolah dasar mencapai kesempurnaan pada akhir masa remaja.
Perkembangan aspek afektif atau perasaan berjalan konstan, kecuali pada masa remaja awal (13-14 tahun) dan remaja tengah (15-16 tahun). Pada masa remaja awal ditandai oleh rasa optimisme dan keceriaan dalam hidupnya, diselingi rasa bingung menghadapi perubahan-perubahan yang terjadi dalam dirinya. Pada masa remaja tengah, rasa senang datang silih berganti dengan rasa duka, kegembiraan berganti dengan kesedihan, rasa akrab bertukar dengan kerenggangan dan permusuhan. Gejolak ini berakhir pada masa remaja akhir yaitu pada usia 18-21 tahun. Aspek moral dan keagamaan juga sudah berkembang sejak anak masih kecil. Peranan lingkungan terutama lingkungan keluarga sangat dominan bagi perkembangan aspek ini. Pada mulanya anak melakukan perbuatan bermoral atau keagamaan karena meniru, baru kemudian menjadi perbuatan atas prakarsa sendiri. Perbuatan prakarsa sendiripun pada mulanya dilakukan karena adanya kontrol atau pengawasan dari luar, kemudian berkembang karena kontro dari dalam atau dari dirinya sendiri. Tingkatan tertinggi dalam perkembangan moral adalah melakukansesuatu perbuatan bermoral karena panggilan hati nurani, tanpa perintah, tanpa harapan akan sesuatu imbalan atau pujian. Secara potensial tingkatan moral ini dapat dicapai oleh individu pada akhir masa remaja, tetapi faktor-faktor dalam diri dan lingkungan individu anak sangat berpengaruh terhadap pencapaiannya.
Perkembangan aspek afektif atau perasaan berjalan konstan, kecuali pada masa remaja awal (13-14 tahun) dan remaja tengah (15-16 tahun). Pada masa remaja awal ditandai oleh rasa optimisme dan keceriaan dalam hidupnya, diselingi rasa bingung menghadapi perubahan-perubahan yang terjadi dalam dirinya. Pada masa remaja tengah, rasa senang datang silih berganti dengan rasa duka, kegembiraan berganti dengan kesedihan, rasa akrab bertukar dengan kerenggangan dan permusuhan. Gejolak ini berakhir pada masa remaja akhir yaitu pada usia 18-21 tahun. Aspek moral dan keagamaan juga sudah berkembang sejak anak masih kecil. Peranan lingkungan terutama lingkungan keluarga sangat dominan bagi perkembangan aspek ini. Pada mulanya anak melakukan perbuatan bermoral atau keagamaan karena meniru, baru kemudian menjadi perbuatan atas prakarsa sendiri. Perbuatan prakarsa sendiripun pada mulanya dilakukan karena adanya kontrol atau pengawasan dari luar, kemudian berkembang karena kontro dari dalam atau dari dirinya sendiri. Tingkatan tertinggi dalam perkembangan moral adalah melakukansesuatu perbuatan bermoral karena panggilan hati nurani, tanpa perintah, tanpa harapan akan sesuatu imbalan atau pujian. Secara potensial tingkatan moral ini dapat dicapai oleh individu pada akhir masa remaja, tetapi faktor-faktor dalam diri dan lingkungan individu anak sangat berpengaruh terhadap pencapaiannya.
Tugas-tugas
Perkembangan Masa Bayi dan Kanak-kanak Tugas perkembangan merupakan suatu tugas
yang muncul dalam suatu periode tertentu dalam kehidupan individu. Tugas
tersebut harus dikuasai dan diselesaikan oleh individu, sebab tugas perkembangan
ini akan sangat mempengaruhi pencapaian perkembangan pada masa perkembangan
berikutnya. Jika seorang individu gagal
menyelesaikan tugas perkembangan pada satu fase tertentu, maka ia akan mengalami kegagalan dalam pencapaian tugas perkembangan masa masa berikutnya. Akibatnya individu akan mengalami kesulitan dalam menghadapi kehidupan pada masa-masa selanjutnya. Pada setiap masa perkembangan individu, ada berbagai tugas perkembangan yang harus dikuasainya, namun dalam makalah ini hanya akan disampaikan tugas perkembangan untuk masa bayi dan masa kanak-kanak.
Pada beberapa bulan pertama dari kelahirannya, aspek yang memegang peranan penting dari bayi adalah sekitar mulutnya. Mulut bukan hanya alat untuk makan dan minum, tetapi juga alat komunikasi dengan dunia luar. Bayi mendapatkan beberapa pengalaman dan rasa senang melalui sentuhan-sentuhan dengan mulutnya. Baru selanjutnya dengan mata, telinga dan tangan yang berperan
sebagai alat penghubung dengan dunia luar. Dengan berpusat pada mulut, dibantu dan dilengkapi dengan alat-alat indera dan anggota badan, bayi mengadakan hubungan dan belajar tentang dunia sekitar. Melalui interaksi dengan menggunakan alat tersebut dengan lingkungannya, bayi memperoleh kesan dan memahami lingkungannya.
menyelesaikan tugas perkembangan pada satu fase tertentu, maka ia akan mengalami kegagalan dalam pencapaian tugas perkembangan masa masa berikutnya. Akibatnya individu akan mengalami kesulitan dalam menghadapi kehidupan pada masa-masa selanjutnya. Pada setiap masa perkembangan individu, ada berbagai tugas perkembangan yang harus dikuasainya, namun dalam makalah ini hanya akan disampaikan tugas perkembangan untuk masa bayi dan masa kanak-kanak.
Pada beberapa bulan pertama dari kelahirannya, aspek yang memegang peranan penting dari bayi adalah sekitar mulutnya. Mulut bukan hanya alat untuk makan dan minum, tetapi juga alat komunikasi dengan dunia luar. Bayi mendapatkan beberapa pengalaman dan rasa senang melalui sentuhan-sentuhan dengan mulutnya. Baru selanjutnya dengan mata, telinga dan tangan yang berperan
sebagai alat penghubung dengan dunia luar. Dengan berpusat pada mulut, dibantu dan dilengkapi dengan alat-alat indera dan anggota badan, bayi mengadakan hubungan dan belajar tentang dunia sekitar. Melalui interaksi dengan menggunakan alat tersebut dengan lingkungannya, bayi memperoleh kesan dan memahami lingkungannya.
Pada
tahun kedua, seorang bayi telah mulai belajar berdiri sendiri, di samping
ketergantungannya yang masih sangat besar terhadap orang tuanya. Bayi berusaha
memecahkan beberapa permasalahan yang dihadapinya. Hal ini sangat berpengaruh
besar terhadap berkembangan kepribadiannya. Pada tahun berikutnya anak mulai
dapat mengontrol cara-cara buang air, dan ia juga mulai mengadakan eksplorasi
terhadap lingkungannya.
Pada
tahun keempat dan kelima, anak sudah mencapai kesempurnaan dalam melakukan
gerakan seperti berjalan, berlari, meloncat dan sebagainya. Gerakangerakan ini
sangat berperan sekali dalam perkembangan selanjutnya. Pada akhir masa
kanak-kanak, anak bukan sja mencapai kesempurnaan dalam gerakan-gerak fisik,
tetapi juga telah menguasai sejumlah kemampuan intelektual, sosial bahkan
moral.
Beberapa
tugas perkembangan yang muncul dan harus dikuasai oleh anak pada masa ini
adalah :
1. Belajar berjalan. Pada usia sekitar satu tahun, tulang dan otot-otot bayi telah cukup kuat untuk melakukan gerakan berjalan. Berjalan merupakan puncak dari perkembangan gerak pada masa bayi.
2. Belajar mengambil makanan. Makanan merupakan kebutuhan biologis utama pada manusia. Dengan diawali oleh kemampuan mengambil dan memakan sendiri makanan yang dibutuhkannya, bayi telah memulai usaha memenuhi sendiri kebutuhan hidupnya.
3. Belajar berbicara. Bicara merupakan alat berpikir dan berkomunikasi dengan orang lain. Melalui tugas ini anak mempelajari bunyi-bunyi yang emngandung arti dan berusaha mengkomunikasikannya dengan orang-orang di sekitarnya. Melalui penguasaan akan tugas ini anak akan berkembang pula kecakapan sosial dan intelektualnya.
4. Belajar mengontrol cara-cara buang air. Pengontrolan cara buang air bukan hanya berfungsi menjaga kebersihan, tetapi juga menjadi indikator utama kemampuan berdiri sendiri, pengendalian diri dan sopan santun. Anak yang sudah menguasai cara-cara buang air dengan baik, termasuk tempat dan pemeliharaan kebersihannya, pada tahap selanjutnya akan mampu mengendalikan diri dan bersopan santun.
5. Belajar mengetahui jenis kelamin. Dalam masyarakat akan selalu ditemui individu dengan jenis kelamin pria atau wanita, walaupun ada juga yang berkelainan. Anak harus mengenal jenis-jenis kelamin ini baik ciri-ciri biologisnya maupun sosial kulturalnya serta peranan-peranannya. Pengenalan tentang jenis kelamin sangat penting bagi pembentukan peranan dirinya serta penentuan bentuk perlakuan dan interaksi baik dengan jenis kelamin yang sama maupun berbeda dengan dirinya.
6. Menguasai stabilitas jasmaniah. Pada masa bayi, kondisi fisiknya sangat labil dan peka, mudah sekali berubah dan kena pengaruh dari luar. Pada akhir masa kanak-kanak, ia harus memiliki jasmani yang stabil, kuat, sehat, seimbang agar mampu melakukan tuntutan-tuntutan perkembangan selanjutnya.
1. Belajar berjalan. Pada usia sekitar satu tahun, tulang dan otot-otot bayi telah cukup kuat untuk melakukan gerakan berjalan. Berjalan merupakan puncak dari perkembangan gerak pada masa bayi.
2. Belajar mengambil makanan. Makanan merupakan kebutuhan biologis utama pada manusia. Dengan diawali oleh kemampuan mengambil dan memakan sendiri makanan yang dibutuhkannya, bayi telah memulai usaha memenuhi sendiri kebutuhan hidupnya.
3. Belajar berbicara. Bicara merupakan alat berpikir dan berkomunikasi dengan orang lain. Melalui tugas ini anak mempelajari bunyi-bunyi yang emngandung arti dan berusaha mengkomunikasikannya dengan orang-orang di sekitarnya. Melalui penguasaan akan tugas ini anak akan berkembang pula kecakapan sosial dan intelektualnya.
4. Belajar mengontrol cara-cara buang air. Pengontrolan cara buang air bukan hanya berfungsi menjaga kebersihan, tetapi juga menjadi indikator utama kemampuan berdiri sendiri, pengendalian diri dan sopan santun. Anak yang sudah menguasai cara-cara buang air dengan baik, termasuk tempat dan pemeliharaan kebersihannya, pada tahap selanjutnya akan mampu mengendalikan diri dan bersopan santun.
5. Belajar mengetahui jenis kelamin. Dalam masyarakat akan selalu ditemui individu dengan jenis kelamin pria atau wanita, walaupun ada juga yang berkelainan. Anak harus mengenal jenis-jenis kelamin ini baik ciri-ciri biologisnya maupun sosial kulturalnya serta peranan-peranannya. Pengenalan tentang jenis kelamin sangat penting bagi pembentukan peranan dirinya serta penentuan bentuk perlakuan dan interaksi baik dengan jenis kelamin yang sama maupun berbeda dengan dirinya.
6. Menguasai stabilitas jasmaniah. Pada masa bayi, kondisi fisiknya sangat labil dan peka, mudah sekali berubah dan kena pengaruh dari luar. Pada akhir masa kanak-kanak, ia harus memiliki jasmani yang stabil, kuat, sehat, seimbang agar mampu melakukan tuntutan-tuntutan perkembangan selanjutnya.
7.
Memiliki konsep sosial dan fisik walaupun masih sederhana. Anak hidup dalam
lingungan fisik dan sosial tertentu. Agar dapat hidup secara wajar dan
menyesuaikan diri dengan keadaan dan tuntutan dari lingkungannya, anak dituntut
memiliki konsep-konsep sosial dan fisi yang sesuai dengan kemampuannya. Anak
harus sudah mengetahui apa itu binatang, manusia, rumah, baik, jahat dan
lain-lain.
8. Belajar hubungan sosial yang baik dengan orang tua, serta orang-orang dekat lainnya, karena akan selalu berhubungan dengan orng lain, baik dalam keluarganya maupun di lingkungannya, maka ia dituntut untuk dapat membin hubungan baik dengan orang-orang tersebut. Anak dituntut dapat menggunakan bahasa yang tepat dan baik, bersopan santun.
9. Belajar membedakan mana yang baik dan tidak baik serta pengembangan hati nurani. Pergaulan hidup selalu beriisi dan berlandaskan moral. Sesuai dengan kemampuannya anak dituntut telah mengetahui mana perbuatan yang baik dan mana yang tidak baik. Lebih jauh ia dituntut untuk melakukan perbuatan yang baik dan menghindarkan perbuatan yang tidak baik. Diharapkan kebaikankebaikan ini menjadi bagian dari hati nuraninya.
8. Belajar hubungan sosial yang baik dengan orang tua, serta orang-orang dekat lainnya, karena akan selalu berhubungan dengan orng lain, baik dalam keluarganya maupun di lingkungannya, maka ia dituntut untuk dapat membin hubungan baik dengan orang-orang tersebut. Anak dituntut dapat menggunakan bahasa yang tepat dan baik, bersopan santun.
9. Belajar membedakan mana yang baik dan tidak baik serta pengembangan hati nurani. Pergaulan hidup selalu beriisi dan berlandaskan moral. Sesuai dengan kemampuannya anak dituntut telah mengetahui mana perbuatan yang baik dan mana yang tidak baik. Lebih jauh ia dituntut untuk melakukan perbuatan yang baik dan menghindarkan perbuatan yang tidak baik. Diharapkan kebaikankebaikan ini menjadi bagian dari hati nuraninya.
Penutup
Dalam
upaya mendidik dan mengembangkan anak untuk mencapai perkembangannya seoptimal
mungkin, maka para pendidik anak usia dini perlu memahami siapa anak didiknya
dan bagaimana perkembangan anak itu sendiri. Anak berbeda dengan orang dewasa
atau orang tua, anak memiliki karakteristik dan dunianya sendiri, dan anak
memiliki potensi untuk dapat berkembang selama lingkungannya memberikan pengaruh-pengaruh
yang positif bagi upaya pengembangannya.
|
Referensi
Hadis, F.A. (1996). Psikologi Perkembangan Anak. Jakarta : Proyek Pendidikan Tenaga Guru Ditjen Dikti Depdikbud.
Havighurst, Robert, J. (1961). Human Development and Education. New York : Longmans Green and Co.
Hadis, F.A. (1996). Psikologi Perkembangan Anak. Jakarta : Proyek Pendidikan Tenaga Guru Ditjen Dikti Depdikbud.
Havighurst, Robert, J. (1961). Human Development and Education. New York : Longmans Green and Co.
Helms,
D. B & Turner, J.S. (1983). Exploring Child Behavior. New York : Holt
Rinehartand Winston.
Hurlock, Elizabeth. B. (1978). Child Development, Sixth Edition.New York : Mc. Graw Hill, Inc.
Kartono, Kartini. (1986). Psikologi Anak. Bandung : Alumni.
Maxim, George. W. (1985). The Very Young Guiding Children from Infancy through the Early Years, Second Edition.California : Wodsworth Publishing Company.
Hurlock, Elizabeth. B. (1978). Child Development, Sixth Edition.New York : Mc. Graw Hill, Inc.
Kartono, Kartini. (1986). Psikologi Anak. Bandung : Alumni.
Maxim, George. W. (1985). The Very Young Guiding Children from Infancy through the Early Years, Second Edition.California : Wodsworth Publishing Company.
Santrock,
J.W, & Yussen, S.R. (1992). Child Development, 5 th Ed. Dubuque, IA,
Wm, C.Brown. Seifert l.K. & Hafftong, J. R. (1991). Child & Adolescent Development, Second Edition. Boston : Houghton Mifflin Co.
Spodek, Bernard. (1993). Handbook of Research on the Education of Young
Children. New York : MacMillan Publishing Company.
Wm, C.Brown. Seifert l.K. & Hafftong, J. R. (1991). Child & Adolescent Development, Second Edition. Boston : Houghton Mifflin Co.
Spodek, Bernard. (1993). Handbook of Research on the Education of Young
Children. New York : MacMillan Publishing Company.
Sukmadinata,
Nana S. (1995). Psikologi Pendidikan. Bandung.
Vasta
R & Haith, M.M & Miller, S. A. (1992). Child Psychology The Modern
Science. Canada : John Wiley & Sons, Inc
Tidak ada komentar:
Posting Komentar