BAB I
PENDAHULUAN
I.
LATAR BELAKANG
Dalam kanca kesehatan, etika, profesional, kesopanan, keramahan,
keterampilan adalah modal utama. Tapi selain itu, bidan juga punya penuntun
yang dapat digunakan dalam memberikan asuhan kepada pasiennya, salah satunya
adalah Standart Praktek Kebidanan Permenkes tahun 2002, tentang ruang lingkup
Kebidanan dalam pemberian asuhan. Berdasarkan dengan panduan tersebut maka
bidan dapat memberikan asuhan dengan legal dan tidak perlu adanya pencekalaan.
Tugas bidan sendiri tidak saja mandiri, tetapi ada juga tugas kolaborasi baik
dengan teman sejawat atau lintas sektoral maupun dengan dokter obgin. Jadi
dengan demikian bidan yang kita ciptakan memiliki keterampilan dan dedikasi
tinggi, sehingga tidak mengecewakan masyarakat pada umumnya.
Perkembangan pelayanan dan pendidikan kebidanan nasional maupun
international terjadi begitu cepat. Hal ini menunjukkan bahwa perkembangan
pelayanan dan pendidikan kebidanan merupakan hal yang penting untuk dipelajari
oleh petugas kesehatan khususnya bidan yang bertugas sebagai bidan pendidik
maupun bidan di pelayanan. Salah satu faktor yang menyebabkan terus
berkembangnya pelayanan dan pendidikan kebidanan adalah masih tingginya
mortalitas dan morbiditas pada wanita hamil dan bersalin, khususnya di negara
berkembang dan di negara miskin yaitu sekitar 25-50%. Mengingat hal di atas,
maka penting bagi bidan untuk mengetahui sejarah perkembangan pelayanan dan
pendidikan kebidanan karena bidan sebagai tenaga terdepan dan utama dalam
pelayanan kesehatan ibu dan bayi di berbagai catatan pelayanan wajib mengikuti
perkembangan IPTEK dan menambah ilmu pengetahuannya melalui pendidikan formal
atau non formal dan bidan berhak atas kesempatan untuk meningkatkan diri baik
melalui pendidikan maupun pelatihan serta meningkatkan jenjang karir dan
jabatan yang sesuai.
II.
TUJUAN
a.
Tujuan Umum
Untuk mengetahui dan memahami konsep kebidanan sebagai dasar dalam
praktik kebidanan
b.
Tujuan Khusus
Ø
Untuk memenuhi tugas kelompok
Konsep Kebidanan
Ø
Untuk mengetahui filosofi bidan
dan kebidanan
Ø
Untuk mengetahui lingkup
praktik kebidanan
Ø
Untuk mengetahui pengertian
ruang lingkup praktik kebidanana
Ø
Untuk mengetahui manajemen
kebidanan
Ø
Untuk mengetahui konseptual
model asuhan kebidanan
III.
MANFAAT
Agar mahasiswa dapat memahami dan mengerti tentang konsep kebidanan
dalam asuhan kebidanan dan juga dalam Lingkup Praktek Kebidanan.
BAB II
ISI
I.
FILOSOFI BIDAN DAN KEBIDANAN
a.
Pengertian Bidan
Bidan adalah seseorang yang telah menyelesaikan program pendidikan
bidan yang diakui oleh negara serta memperoleh kualifiasi dan diberi ijin untuk
menjalankan praktik kebidanan di negeri itu.
b.
Kebidanan
Merupakan bentuk dari sintesa berbagai disiplin ilmu (ilmu
kedokteran, keperawatan, sosial, perilaku, budaya, ilmu kesehatan masyarakat,
ilmu manajemen).
c.
Pelayanan Kebidanan
Pelayanan Kebidanan adalah seluruh tugas yang menjadi tanggung jawab
praktek profesi bidan dalam sistem pelayanan kesehatan.
d.
Praktik Kebidanan
Praktik Kebidanan adalah penerapan ilmu kebidanan dalam memberikan
pelayanan terhadap terhadap klien dengan pendekatan manajemen kebidanan.
e.
Manajemen Kebidanan
Manajemen Kebidanan adalah pendekatan yang digunakan oleh bidan
dalam menerapkan metode pemecahan masalah secara sistematis.
f.
Asuhan Kebidanan
Asuhan Kebidanan adalah penerapan fungsi dan kegiatan yang menjadi
tanggung jawab dalam memberikan pelayanan kepada klien.
g.
Praktik pelayanan kebidanan
Praktik Pelayanan Kebidanan adalah praktik pelayanan profesional
yang merupakan bagian integral dari pelayanan kesehatan yang diberikan kepada
ibu dalam kurun waktu masa reproduksi dan BBL.
Kebidanan adalah :
1.
Suatu pelayanan : dasar ilmu
pengetahuan
2.
Tanggap terhadap perubahan
zaman dan kompleks tim
3.
Praktisi yang mandiri
4.
Kerjasama dengan tim kesehatan
yang lain
5.
Saling menghargai peran fungsi
: standard pelayanan kesehatan.
Prinsip
dasar filosofi kebidanan
Ø
Hubungan antara ibu dan bidan
adalah dasar dalam memberikan asuhan yang baik.
Ø
Ibu adalah focus dalam
memberikan asuhan.
Ø
Memberikan pilihan pada ibu
untuk melahirkan.
Ø
Menggunakan seluruh keterampilan
bidan
Ø
Asuhan yang berkesinambungan.
Ø
Asuhan dasar komunitas.
Ø
Bertanggung jawab dalam
memberikan pelayanan.
Ø
Memberikan asuhan yang ramah
kepada ibu dan bayinya.
II.
PROFESI DAN PROFESIONAL
A.
PROFESI
a.
Pengertian Profesi
Didalam suatu profesi hanya
terdapat satu organisasi profesi yang para anggotanya berasal dari satu
profesi, dalam arti telah menyelesaikan pendidikan dengan dasar ilmu yang sama.
Ø
Misi utama organisas iprofesi adalah
untuk merumuskan kode etik dan kompetensi profesiserta memperjuangkan
otonomi profesi.
Ø
Kegiatan pokok organisasi
profesi adalah menetapkan serta merumuskan standar pelayanan profesi, standar
pendidikan dan pelatihan profesi serta menetapkan kebijakan profesi
Organisasi profesi mempunyai peran dan fungsi antara lain sebagai :
1.
Pembina, pengembang dan
pengawas terhadap mutu pendidikan profesi tersebut.
2.
Pembina, pengembang dan
pengawas terhadap pelayanan profesi tsb.
3.
Pembina dan pengembang dalam
ilmu pengetahuan dan teknologi profesi tersebut.
4.
Pembina, pengembang dan
pengawas kehidupan profesi.
b.
Bidan dalam hal profesi
Sebagai anggota profesi, bidan mempunyai ciri khas yang khusus.
Sebagai pelayan yang merupakan bagian integral dari pelayanan kesehatan. Bidan
mempunyai tugas yang sangat unik, yaitu:
Ø
Selalu mengedepankan fungsi ibu
sebagai pendidik bagi anak-anaknya
Ø
Memiliki kode etik dengan
serangkaian pengetahuan ilmiah yang didapat melalui proses pendidikan dan
jenjang tertentu
Ø
Keberadaan bidan diakui
memiliki organisasi profesi yang bertugas meningkatkan mutu pelayanan kepada
masyarakat
Ø
Anggotanya menerima jasa atas
pelayanan yang dilakukan dengan tetap memegang teguh kode etik profesi.
c.
Bidan sebagai profesi memiliki
ciri-ciri tertentu, yaitu :
Ø
Bidan disiapkan melalui
pendidikan formal agar lulusannya dapat melaksanakan pekerjaan yang menjadi
tanggung jawabnya secara professional
Ø
Bidan memiliki alat yang
dijadikan panduan dalam menjalankan profesinya, yaitu standar pelayanan
kebidanan, kode etik,dan etika kebidanan
Ø
Bidan memiliki kelompok pengetahuan
yang jelas dalam menjalankan profesinya
Ø
Bidan memiliki kewenangan dalam
menjalankan tugasnya
Ø
Bidan memberi pelayanan yang
aman dan memuaskan sesuai dengan kebutuhan masyarakat
Ø
Bidan memiliki organisasi
profesi
Ø
Bidan memiliki karakteristik
yang khusus dan dikenal serta dibutuhkan masyarakat
Ø
Profesi bidan dijadikan sebagai
suatu pekerjaan dan sumber utama penghidupan.
B.
PROFESIONALISME BIDAN
a.
Definisi Profesionalisme
Seorang Bidan
Profesionalisme berarti memiliki sifat profesional / ahli secara
popular seorang pekerja apapun sering dikatakan profesional, seorang
profesional dalam bahasa keseharian adalah seorang pekerja yang terampil atau
cakap dalam kerjanya biarpun keterampilan tersebut produk dari fungsi minat dan
belajar dari kebiasaan.
Bidan sebagai tenaga profesional termasuk rumpun kesehatan, untuk
menjadi jabatan professional memiliki 9
syarat bidan profesional, meliputi :
Ø
Ilmu sosial, budaya, kesehatan
masyarakat, konsep kebidanan, etika kode etik, kebidanan yang membentuk dasar
dari asuhan yang berkualitas.
Ø
Asuhan ibu hamil (antenatal
care)
Ø
Asuhan kebidanan ibu melahirkan
(intranatal)
Kebidanan
asuhan ibu nifas menyusui
Ø
Asuhan bayi lahir
Ø
Asuhan pada bayi balita
Ø
Keluarga berencana
Ø
Gangguan sistem reproduksi
Ø
Kebidanan komunitas
c.
Syarat Bidan Profesional
Ø
Memberi pelayanan kepada
masyarakat yang bersifat khusus atau spesialis.
Ø
Melalui jenjang pendidikan yang
menyiapkan.
Ø
Keberadaannya diakui dan
diperlukan masyarakat.
Ø
Mempunyai peran dan fungsi yang
jelas.
Ø
Mempunyai kewenangan yang
disahkan atau diberikan oleh pemerintah.
Ø
Memiliki organisasi profesi
sebagai wadah.
Ø
Memiliki kode etik bidan.
Ø
Memiliki etika bidan.
Ø
Memiliki standar pelayanan.
Ø
Memiliki standar praktik.
Ø
Memiliki standar pendidikan
yang mendasari dan mengembangkan profesi sebagai kebutuhan masyarakat.
Ø
Memiliki standar pendidikan
berkelanjutan sebagai wahana pengembangan kompetensi.
d.
Tanggung Jawab Bidan
Profesional
Ø
Menjaga agar pengetahuannya
tetap up to date terus menembangkan keterampilan dan kemahirannya agar bertambah
luas serta mencakup semua aspek peran seorang bidan.
Ø
Mengenali batas-batas
pengetahuan, keterampilan pribadinya dan tidak berupaya melampaui wewenangnya
dalam praktik klinik.
Ø
Menerima tanggung jawab untuk
mengambil keputusan serta konsekuensi dalam keputusan tersebut.
Ø
Berkomunikasi dengan pekerja
kesehatan lainnya (Bidan, dokter dan perawat) dengan rasa hormat dan martabat.
Ø
Memelihara kerjasama yang baik
dengan staf kesehatan dan rumah sakit pendukung untuk memastikan sistem rujukan
yang optimal.
Ø
Melaksanakan kegiatan
pemantauan mutu yang mencakup penilaian sejawat, pendidikan berkesinambungan,
mengkaji ulang kasus audit maternal/perinatal.
Ø
Bekerjasama dengan masyarakat
tempat bidang praktek, meningkatkan akses dan mutu asuhan kebidanan.
Ø
Menjadi bagian dari upaya
meningkatkan status wanita, kondisi hidup mereka dan menghilangkan praktik
kultur yang sudah terbukti merugikan kaum wanita.
III.
RUANG LINGKUP KEBIDANAN
1.
Ruang Lingkup Praktik Kebidanan
Ruang lingkup praktik kebidanan adalah batasan dari kewenangan bidan
dalam menjalankan praktiknya yang berkaitan dengan upaya pelayanan kebidanan
dan jenis pelayanan kebidanan..
Dalam melaksanakan praktik, bidan memberikan asuhan sesuai dengan
kebutuhan terhadap wanita pada masa prakonsepsi, masa hamil, melahirkan dan
postpartum, maupun masa interval, melaksanakan pertolongan persalingan di bawah
tanggung jawabnya sendiri dan memberikan asuhan pada bayi baru lahir, bayi dan
anak balita dalam rangka menyiapkan sumber daya manusia/generasi penerus yang
berkualitas. Asuhan tersebut termasuk tindakan pemeliharaan, pencegahan,
deteksi, serta intervensi dan rujukan pada keadaan resiko tinggi termasuk
kegawatan pada ibu dan anak.
2.
Sasaran Praktik Kebidanan
Sasaran praktik kebidanan adalah individu yang termasuk dalam sasaran
tersebut yaitu remaja dalam masa pra-nikah. Kelurga yang termasuk yaitu Ibu
hamil, ibu masa bersalin, ibu nifas, bayi baru lahir(bbl) dan balita, ibu
dengan kebutuhan KB dan dalam masa lansia. Masyarakat meliputi upaya
peningkatan, pencegahan, penyembuhan dan pemulihan.
3.
Lahan Praktik Pelayanan
Kebidanan
Lahan praktik pelayanan kebidanan merupakan tempat dimana bidan
menerapkan ilmu dalam memberikan pelayanan kebidanan/asuhan kebidanan kepada
klien dengan pendekatan manajemen kebidanan.
Tempat tersebut
meliputi:
1)
Rumah Sakit
2)
Puskesmas
3)
RB (Rumah Bersalin)
4)
Poliklinik
5)
BPS (Bidan Praktik Swasta)
6)
Polindes
7)
Posyandu
4.
Perkembangan Dalam Praktik
Kebidanan
Perkembangan
Pelayanan Kebidanan di Indonesia
Pelayanan kebidanan adalah seluruh tugas yang menjadi tanggung jawab
profesi bidan dalam sistem pelayanan kesehatan yang bertujuan untuk
meningkatkan kesehatan kaum perempuan khususnya ibu dan anak-anak. Layanan
kebidanan yang tepat akan meningkatan keamanan dan kesejahteraan ibu dan
bayinya. Layanan kebidanan oleh bidan dapat dibedakan meliputi:
a.
Layanan kebidanan primer yaitu
layanan yang diberikan sepenuhnya atas tanggung jawab bidan.
b.
Layanan kolaborasi yaitu
layanan yang dilakukan oleh bidan sebagai anggota tim secara bersama-sama
dengan profesi lain dalam rangka pemberian pelayanan kesehatan
c.
Layanan kebidanan rujukan yaitu
merupakan pengalihan tanggung jwab layanan oleh bidan kepada sistem layanan
yang lebih tinggi atau yang lebih kompeten ataupun pengambil alihan tanggung
jawab layanan/menerima rujukan dari penolong persalinan lainnya seperti
rujukan.
Bidan dalam melaksanakan peran, fungsi dan tugasnya didasarkan pada
kemampuan dan kewenangan yang diberikan. Kewenangan tersebut diatur melalui
Peraturan Menteri Kesehatan (Permenkes). Permenkes yang menyangkut wewenang
bidan selalu mengalami perubahan sesuai dengan kebutuhan dan perkembangan
masyarakat.
Permenkes
tersebut dimulai dari:
a)
Permenkes No. 5380/IX/1963,
wewenang bidan terbatas pada pertolongan persalinan normal secara mandiri,
didampingi tugas lain
b)
Permenkes No. 363/IX/1980, yang
kemudian diubah menjadi Permenkes 623/1989 wewenang bidan dibagi menjadi dua
yaitu wewenang umum dan khusus ditetapkan bila bidan meklaksanakan tindakan
khusus di bawah pengawasan dokter. Pelaksanaan dari Permenkes ini, bidan dalam
melaksanakan praktek perorangan di bawah pengawasan dokter
c)
Permenkes No. 572/VI/1996,
wewenang ini mengatur tentang registrasi dan praktek bidan. Bidan dalam
melaksanakan prakteknya diberi kewenangan yang mandiri. Kewenangan tersebut
disertai dengan kemampuan dalam melaksanakan tindakan.
Dalam wewenang tersebut mencakup:
1)
Pelayanan kebidanan yang
meliputi pelayanan ibu dan anak.
2)
Pelayanan Keluarga Berencana
3)
Pelayanan Kesehatan Masyarakat
d)
Kepmenkes No.
900/Menkes/SK/VII/2002 tentang registrasi dan praktek bidan revisi dari
Permenkes No. 572/VI/1996. Dalam melaksanakan tugasnya, bidan melakukan
kolaborasi, konsultasi dan merujuk sesuai dengan kondisi pasien, kewenangan dan
kemampuannya.
Dalam keadaan darurat bidan juga diberi wewenang pelayanan kebidanan yang ditujukan untuk penyelamatan jiwa. Dalam aturan tersebut juga ditegaskan bahwa bidan dalam menjalankan praktek harus sesuai dengan kewenangan, kemampuan, pendidikan, pengalaman serta berdasarkan standar profesi. Pencapaian kemampuan bidan sesuai dengan Kepmenkes No. 900/2002 tidaklah mudah, karena kewenangan yang diberikan oleh Departemen Kesehatan ini mengandung tuntutan akan kemampuan bidan sebagai tenaga profesional dan mandiri.
5.
Pelayanan Kebidanan
Perawatan zaman dahulu atau sekarang dilakukan oleh dukun pria atau
dukun wanita, dukun menjalankan perawatanya biasanya dirumah penderita atau di
rawat di rumah dukunnya sendiri. Cara-cara mengobati penderita itu sendiri
antara lain:
1)
Dengan membaca mantra-mantra
memohon pertolongan kepada Tuhan YME
2)
Dengan cara mengusir
setan-setan yang mengganggu dengan menyajikan kurban-kurban di tempat itu,
macamnya kurban ditentukan oleh dukun.
3)
Melakukan massage/mengurut
penderita.
4)
Penderita harus melakukan
pantangan atau diet yang oleh dukun itu pula.
5)
Kadang-kadang dukun bertapa
untuk mendapatkan ilham cara bagaimana menyembuhkan penderita itu.
6)
Memakai obat-obatan banyak
dipakai dari tumbuh-tumbuhan yang segar dari daun mudanya, batang, kembang
akarnya
6.
Perawatan Kebidanan
a.
Kehamilan
Semua wanita hamil diadakan pemeriksaan kehamilan yang dilakukan
oleh dukun bayi dan dukun memberikan nasehat-nasehat seperti:
·
Melakukan pantangan :
Ø
Pantangan makanan tertentu
Ø
Pantangan terhadap pakaian
Ø
Pantangan terhadap jangan pergi
malam
Ø
Pantangan jangan duduk di muka
pintu
·
Kenduri
Kenduri adalah sebuah tradisi yang sudah berjalan sekian puluh
tahun, mungkin malah sudah ratusan tahun. Tradisi ini masih banyak berlangsung
terutama di desa-desa. Hakekatnya sama, hanya istilahnya saja yang mungkin
berbeda. Pada intinya kenduri merupakan mekanisme sosial untuk merawat dan
menjga kebersamaan sehingga cita-cita yang sejak semua dibuat diteguhkan
kembali. Kenduri pertama kali dilakukan pada waktu hamil 3 bulan sebagai tanda
wanita itu hamil. Kenduri ke dua dilakukan pada waktu umur kehamilan 7 bulan.
b.
Perasalinan
Biasanya persalinan dilakukan dengan duduk di atas tikar, di lantai
dukun yang menolong menunggu sampai persalinan selesai. Cara bekerja dengannya
mengurut-ngurut perut ibu. Menekannya serta menarik anak apabila anak telah
kelihatan. Selama menolong dukun banyak membaca mantra-mantra. Setelah anak
lahir anak diciprati anak dengan air agar menangis. Tali pusat dipotong dengan
hinis atau bamboo kemudian tali pusatnya diberi kunyit sebagai desinfektan.
c.
Nifas
Setelah bersalin ibu dimandikan oleh dukun selanjutnya ibu sudah
harus bisa merawat dirinya sendiri lalu ibu di berikan juga jamu untuk
peredaran darah dan untuk laktasi Pelayanan Kebidanan di Indonesia Sejak dulu
sampai sekarang tenaga yang memegang peranan dalam pelayanan kebidanan ialah “
Dukun bayi “ ia merupakan tenaga terpercaya dalam lingkungannya terutama dalam
hal-hal yang berkaitan dengan reproduksi, kehamilan , persalinan dan nifas.
Pada zaman pemerintahan Hindia Belanda, angka kematian ibu dan anak sangat
tinggi. Tenaga penolong persalinan adalah dukun. Pada tahun 1807 (zaman
Gubernur jenderal Hendrik William Deandels) para dukun dilatih dalam
pertolongan persalinan, tetapi keadaan ini tidak berlangsung lama karena tidak
adanya pelatih kebidanan. Praktek kebidanan modern masuk di Indonesia oleh
dokter-dokter Belanda. Pelayanan kesehatan termasuk pelayanan kebidanan hanya
diperuntukkan bagi orang-orang Belanda yang ada di Indonesia. Kemudian pada
tahun 1849 dibuka pendidikan Dokter Jawa di Batavia (Di RS Milliter Belanda,
sekarang RSPAD Gatot Subroto). Seiring dengan dibukanya pendidikan dokter
tersebut, pada tahun 1851 di buka pendidikan Bidan bagi wanita pribumi di
Batavia oleh seorang Dokter milliter Belanda (Dr. W. Bosch). Lulusan ini
kemudian bekerja di Rumah Sakit juga di masyarakat. Mulai saat itu pelayan
kesehatan ibu dan anak dilakukan oleh dukun dan Bidan. Kursus bidan yang
pertama ini ditutup tahun 1873. Tahun 1879, dimulai pendidikan bidan. Tahun
1950 , setelah kemerdekaan, jumlah paramedis kurang lebih 4000 orang dan dokter
umum kurang lebih 475 orang dan dokter dalam bidang obsgyn hanya 6 orang, pada
tahun 1952, mulai diadakan pelatihan Bidan secara formal agar dapat
meningkatkan kualitas pertolonga persalinan. Kursus untuk dukun masih
berlangsung samapai dengan sekarang, yang memberikan kursus adalah Bidan.
Perubahan pengetahuan dan keteramilan tentang pelayanan kesehatan ibu dan anak
secara menyeluruh di masyarakat dilakukan melalui kursus tambahan yang dikenala
dengan istilah Kursus tambahan Bidan (KTB) pada tahun 1953 di Jogjakarta yang
akhirnya dilakukan pula di kota-kota besar lain di Nusantara ini. Seiring
dengan pelatihan tersebut didirikan balai kesehatan ibu dan anak (BKIA) dimana
bidan sebagi penanggung jawab pelayanana kepada masyarakat. Dari BKIA inilah
akhirnya mnejadi suatu pelayanan terintregrasi kepada masyarakat yang dinamakan
pusat Kesehatan Masyarakat atau Puskesmas pada tahun 1957.
Kegiatan BKIA
yang dipimpin bidan adalah menyelenggarakan:
1)
Pemeriksaan Antenatal
2)
Pemeriksaan Post natal
3)
Pemeriksaan dan Pengawasan bayi
dan anak balita
4)
Kleuarga Berencana
5)
Penyuluhan Kesehatan
IV.
MANAJEMEN KEBIDANAN
I.
Identifikasi dan analisis masalah
Bila seorang
pasien/klien datang meminta bantuan pada bidan, maka langkah awal dari kegiatan
yang dilakukan adalah mengidentifikasi masalah kemudian menganalisis masalah
tersebut. Bidan mulai mewawancarai klien untuk menggali data subjektif.
a.
Data subjektif
1)
Biodata mencakup identitas
klien :
a.
Nama yang jelas dan lengkap.
Bila perlu ditanyakan nama penggilan sehari-hari. Bagi pasien anak, ditanyakan
nama orant tua atau wali.
b.
Umur dicatat dalam hitungan
tahun. Untuk balita ditanyakan umur dalam hitungan tahun dan bulan.
c.
Alamat ditanyakan untuk maksud
mempermudah hubungan bila diperlukan keadaan mendesak. Dengan mengetahui
alamat, bidan juga dapat mengetahui tempat tinggal dan lingkungannya.
d.
Pekerjaan klien ditanyakan
untuk mengetahui kemungkinan pengaruh pekerjaan terhadap permasalaha kesehatan
pasien. Pekerjaan orang tua bila pasien anak balita.
e.
Agama ditanyakan untuk
mengetahui kemungkinan pengaruhnya terhadap kebiasaan kesehatan klien. Dengan
diketahui agama klien akan memudahkan bidan melakukan pendekatan di dalam
melaksanakan asuhan kebidanan.
f.
Pendidikan klien ditanyakan
untuk mengetahui tingkat intelektualnya. Tingkat pendidikan mempengaruhi sikap
perilaku kesehatan seseorang. Untuk anak balita perlu ditanyakan pendidikan
orang tua atau walinya.
2)
Riwayat menstruasi
Hal yang perlu ditanyakan : menarche, siklus menstruasi, lamanya,
banyaknya darah yang keluar, aliran darah yang keluar, mentruasi terakhir,
adakah dismenorhe, gangguan sewaktu menstruasi (metrorhagi, menoraghi), gejala
premenstrual.
3)
Riwayat perkawinan
Kawin
: ……………. Kali
Usia kawin pertama
: ……………. Kali
4)
Riwayat kehamilan dan
persalinan
Ø
Jumlah kehamilan dan kelahiran
: G (gravid), P (para), A (abortus), H (hidup).
Ø
Riwayat persalinan yaitu jarak
antara dua kelahiran, tempat melahirkan, lamanya melahirkan, cara melahirkan.
Ø
Masalah/gangguan kesehatan yang
timbul sewaktu hamil dan melahirkan, missal : preeklampsi, infeksi, dll.
5)
Riwayat ginekologi
Pengalaman yang berkaitan dengan penyakit kandungan mencakup :
infertilitas, penyakit kelamin, tumor atau kanker, system reproduksi, operasi
ginekologis.
6)
Riwayat keluarga berencana
Bila ibu pernah mengikuti KB perlu ditanyakan : jenis kontrasepsi,
efek samping, alas an berhenti (bila tidak memakai lagi), lamanya menggunakan
alat kontrasepsi.
7)
Riwayat kehamilan sekarang
Waktu mandapat haid terakhir, keluhan berkaitan dengan kehamilan.
8)
Gambaran penyakit yang lalu.
Ditanyakan untuk mengetahui apakh ada hubungannya dengan masalah
yang dihadapi oleh klien. Misalnya penyakit campak atau cacar air sewaktu
kecil, penyakit jantung, hipertensi, dll. Apakah pernah diirawat di RS ? kapan
? berapa lama ? penyakit apa ? dan lain sebagainya.
9)
Riwayat penyakit keluarga
Untuk mengetahui kemungkinan adanya pengaruh penyakit terhadap gangguan
kesehatan pasien. Riwayat keluarga yang perlu ditanyakan misalnya jantung,
diabetes, ginjal, kelainan bawaan, kehamilan kembar.
10) Keadaan sosial budaya
Untuk mengetahui keadaan psikososial perlu ditanyakan antara lain
: jumlah anggota keluarga, dukungan moral dan material dari keluarga,
pandangan, dan penerimaan keluarga terhadap kehamilan, kebiasaan-kebiasaan yang
menguntungkan dan merugikan, pandangan terhadap kehamilan, persalinan dan anak
baru lahir.
b.
Data objektif
Data objektif
dikumpulkan melalui :
Ø
Pemeriksaan fisik
Ø
Pemeriksaan khusus.
Ø
Pemeriksaan penunjang.
II.
Diagnosis
Di dalam
diagnosis unsur-unsur berikut perlu dicantumkan yaitu :
·
Keadaan pasien / klien (khusus
bagi ibu hamil dan melahirkan termasuk keadaan bayinya).
·
Masalah utama dan penyebabnya.
·
Masalah potensial.
III.
Rencana tindakan
Berdasarkan diagnosis yang telah ditegakkan, bidan menyusun rencana
tindakan yang harus dilakukan kepada kliennya. Rencana tindakan tersebut
berisikan tujuan dan hasil yang akan dicapai dan langkah-langkah kegiatan
termasuk rencana evaluasi.
Tujuan di dalam rencana kegiatan menunjukkan perbaikan-perbaikan
yang diharapkan. Misalnya, tujuan asuhan pada ibu dalam keadaan inpartu adalah
menyelesaikan persalinan dengan baik. Hasil dari tindakan adalah ibu yang melahirkan
dan anak yang dilahirkan dalam keadaan sehat dan selamat.
Langkah-langkah tindakan dilakukan berdasarkan masalah yang dihadapi
oleh pasien / klien. Langkah-langkah tindakan merupakan upaya intervensi untuk
mengatasi masalah. Misalnya, ibu yang dalam keadaan inpartu, dan kurang siap
untuk melahirkan secara fisiologis, maka di dalam langkah-langkah tindakan yang
dilakukan oleh bidan ialah member dorongan agar ibu memiliki kemampuan kuat
untuk melahirkan dan kemudian memberikan bimbingan dalam menyelesaikan
persalinan.
Rencana evaluasi dibuat untuk mengetahui sejauh mana keberhasilan
tindakan dilakukan.
Di dalam rencana evaluasi ditentukan sasaran yang akan dicapai.
Misalnya, dalam evaluasi ibu di masa persalinan, maka criteria evaluasi antara
lain :
·
Tekanan darah, denyut nadi
dalam batas normal.
·
Keadaan his : kekuatan,
frekuensi, dan lamanya semakin bertambah sewaktu mendekati kala II.
·
DJJ harus selalu positif.
·
Turunnya kepala bayi semakin
maju melalui saluran persalinan.
·
Pembukaan serviks semakin melebar
(lengkap dengan garis menengah sekitar 10 cm )
IV.
Tindakan pelaksanaan
Tindakan yang dilakukan oelh bidan sesuai dengan rencana yang telah
disusun. Tindakan yang dilakukan berdasarkan prosedur yang telah lazim diikuti
atau dilakukan. Misalnya, di dalam melakukan tindakan pada kasus partus kala
II, bidan melakukan prosedur :
Ø
Ibu mengedan sewaktu his
menguat
Ø
Menekan dinding perineum agar
tidak robek
Ø
Mempermudah gerak rotasi kepala
bayi
Ø
Mengeluarkan bahu dan
seterusnya sampai bayi lahir dengan sempurna.
Di dalam tahap ini, bidan melakukan observasi sesuai dengan criteria
evaluasi yang telah direncanakan. Bila bidan perlu memberikan infus atau
pemberian obat, maka tindajan tersebut dilakukan sesuai dengan prosedur tetap
yang berlaku.
Berbagai hal yang perlu mendapat perhatian di dalam tahap
pelaksanaan ini ialah :
a.
Intervensi yang dilakukan harus verdasarkan
prosedur tetap yang lazim dilakukan.
b.
Pengamantan dilakukan secara
cermat dan tepat sesuai dengan criteria evaluasi yang ditetapkan.
c.
Pengendalian keadaan pasien/klien
sehingga secara berangsur-angsur menuju kondisi kesehatan yang diharapakn.
Di dalam melaksanakan tindakan, bidan dapat melakukan asuhan secara
mandiri untuk kasus-kasus yang di dalam batas kewenangannya. Bila bidan
menemukan kasus di luar batas kewenangannya di dalam melakukan tindakan, maka
pasien/klien tersebut dirujuk ke rumah sakit (dengan dokter atau tenaga
kesehatan lainnya pada kasus-kasus tertentu.
V.
Evaluasi
Bidan melakukan evaluasi sesuai dengan criteria yang telah
ditetapkan di dalam rencana kegiatan. Tujuan evaluasi adalah untuk mengetahui
kemajuan hasil dari tindakan yang dilakukan. Semakin dekat hasil tindakan yang
dilakukan dengan sasaran yang ditetapkan didalam criteria evaluasi, tindakan
akan mendekati keberhasilan yang diharapakan.
Misalnya, ibu telah menyelesaikan persalinan. Di dalam evaluasi
menunjukkan tekanan darah dan denyut nadi normal, bayi lahir dengan selamat dan
tidak ada kelainan, serta plasenta keluar denganspontan, dan tidak terjadi
pendarahan setelah partus.
Maka hasil evaluasi
menunjukkan bahwa tujuan pertolongan persalinan tercapai, dan hasilnya ibu
dapat menyelesaikan persalinan dengan selamat dalam keadaan sehat, disertai
bayi yang dilahirkan juga dalam keadaan sehat.
Hasil evaluasi dapat
digunakan untuk kegiatan asuhan lebih lanjut bila diperlukan, atau sebagai
bahan peninjauan terhadap langkah-langkah di dalam proses manajemen sebelumnya
oleh karena tindakan yang dilakukan kurang berhasil.
VI.
KONSEPTUAL MODEL ASUHAN KEBIDANAN
A.
Defenisi Model Konseptual Asuhan
Kebidanan
Model adalah contoh atau peraga
untuk menggambarkan sesuatu.Konseptual model asuhan kebidanan adalah suatu
bentuk pedoman/acuan yang merupakan kerangka kerja seorang bidan dalam
memberikan asuhan kebidanan dipengaruhi oleh filosofi yang dianut bian(filosofi
asuhan kebidanan ) meliputi unsur-unsur yang terdapat dalam paradigma
kesehatan(manusia-prilaku,lingkungan dan pelayanan kesehatan.
Model konseptual kebidanan adalah :Gambaran abstrak suatu ide yang
menjadi dasar suatu disiplin ilmu
Model konseptual kebidanan biasanya berkembang dari teori dasar
intuitif keilmuan yang sering kali disimpulkan dalam kerangka acuan disiplin
ilmu yang bersangkutan (Fawcett, 1992)
Model memberikan kerangka untuk memahami dan mengembangkan praktik
guna membimbing tindakan dalam pendidikan untuk mengidentifikasi pertanyaan
yang harus dijawab dalam penelitian.
Kegunaan model konseptual adalah :Untuk menggambarkan beberapa aspek
(konkret maupun abstrak). Merupakan gagasan mental sebagai bagian deri teori
yang membantu ilmu-ilmu social mengonsep dalam menyamakan aspek-aspek proses
social. Menggambarkan suatu kenyataan gambaran abstrak sehingga banyak
digunakan disiplin ilmu lain sebagai parameter garis besar praktik.
B.
Asuhan Kebidanan (midwifery care)
Care dalam
bahasa Inggris mempunyai arti memelihra,mengawasai,memperhatikan dengan
sepenuhnya. Dihubungkan dengan kebidanan care disebut asuhan Bidan dalam
memegang Prinsip Midwifery care yaitu:
Ø
Mengakui dan mendukung
keterkaitan antara fisik ,psikis dan lingkungan kultur social
Ø
Berasumsi bahwa mayoritas
wanita bersalinan ditolong tanpa intervensi
Ø
Mendukung dan meningkatkan
persalinan alami
Ø
Menggunakan pendekatan
pemecahan masalah yang dilandaskan ilmu dan seni
Ø
Wanita punya kekuasaan yaitu
berlandaskan tanggung jawab bersama untuk suatu pengambilan keputusan,tetapi
wanita punya kontrol atau keputusan akhir mengenai keadaan dirinya dan bayinya
Ø
Dibatasi oleh hukum dan ruang
lingkup praktik
Ø
Berprinsip women center care.
C.
Bentuk Asuhan Kebidanan
Ø
Asuhan Kebidanan pada Ibu Hamil
Asuhan ibu
hamil oleh bidan dilakukan dengan cara pengumpulan data, menetapkan diagnosis
dan rencana tindakan, serta melaksanakannya untuk menjamin keamanandam kepuasan
serta kesejahteraan ibu dan janin selama periode kehamilan
Ø
Asuhan Kebidanan pada Ibu
Bersalin
Asuhan persalinan oleh
bidan dimulai dengan mengumpulkan data, menginterpretasikan data untuk
menentukan diagnosis persalinan dan mengidentifikasikan masalah/kebutuhan,
membuat rencana, dan melaksanakan tindakan dengan memantau kemajuan persalinan
serta menolong persalinan untuk menjamin keamanan dan kepuasan ibu selama
periode persalinan.
Ø
Asuhan Kebidanan pada Bayi Baru
Lahir
Asuhan bayi baru
lahir oleh bidan dimulai dengan menilai kondisi dayi, memfasilitasi terjadinya
pernafasan spontan, mencegah hipotermia, menfasilitasi kontak dini dan mencegah
hipoksia sekunder, menetukan kelainan, serta melakukan tindakan pertolongan dan
merujuk sesuai kebutuhan.
Ø
Asuhan Kebidanan pada Ibu Nifas
Asuhan pada ibu
nifas oleh bidan dilakukan dengan cara mengumpulkan data, menetapkan diagnosis
dan rencana tindakan, serta melaksanakanya untuk mempercepat proses pemulihan
dan mencegah komplikasi dengan memenuhi bebutuhan ibu dan bayi selama periode
nifas.
BAB
III
PEMBAHASAN
Hasil wawancara praktik konsep kebidanan dari kelas A 12.1, pada
hari kamis tanggal 07 januari 2016 dan jumad 08 januari 2016 jam 18.00, di
BPM Bidan Mei Muhartani.
Tanggal 07 januari 2016
1.
Pengalaman ibu sebagai bidan profesioanal
dalam menghadapi kepanikan pasien yang baru datang pertama untuk melahirkan:
Ø
Menghadapi kepanikan pasien
kita bidan melihat siapa yang datang dan mengantar pasien ibu hamil itu yang
panik itu siapa saja.
Ø
Melihat juga pengalaman dari
pasien, misalnya pasien ibu hamil itu baru pertama mau melahirkan pasri panik
atau sudah yang kedua atau ketiga dan seterusnya.
Ø
Memberikan komunikasi
teuperetik kepada pasien yang cemas,menenangkan pasien yang takut dalam menghadapi persalinan dengan
mengatakan misalnya bahwa proses persalinan itu adalah hal yang normal,
natural, dan melihat kondisi pasien selama itu masih normal.
Ø
Melihat juga hasil pemeriksaan
dari ibu selama kehamilan ada kelainan atau tidak sehingga ibu bisa di tolong
di klinik.
Ø
Menyampaikan kepada ibu bahwa
persalinan itu sebuah proses persalinan itu tidak dapat di prediksi bahwa akan
terjadi baik atau tidak, sehingga selalu di minta data pasien. Terutama juga
persetujuan dan tanda tangan dari pihak keluarga (inform consent).
Ø
Memberitahu pasien juga
fasilitas penunjang yang ada di klinik.
2.
Bagaimana dengan pasien yang
datang, apa langsung di terima:
Ø
Tidak semuanya, di Tanya
keinginan pasien apa pasienya mau untuk di rawat di klinik atau tidak.
Ø
Meminta data dan juga tetap
menandatangani inform consent
3.
Tips ibu bidan dalam menjadi
pendamping wanita:
Ø
Komunikasi yang baik dengan
pasien, maka pasien akan percaya dengan kita.
Ø
Menjalin hubungan personal
dengan pasien sehinggah mengenalnya lebih dalam.
Ø
Menunjukan ilmu dan
keterampilan kita kepada pasien, dan tetap berprinsip bahwa pelayanan kita itu
punya prosedur dan standarnya.
Ø
Melakukan pelayanan dengan
standar-standar kompetensi bidan yang baik sehingga menghasilkan pelayana yang
berkualitas bukan asala-asal saja pelayanannya.
Ø
Memberi kepercayaan juga kepada
pasien dengan memberitahu apa saja fasilitas yang mendukung di klinik kita,
fasilitas pelayanan ibu hamul, melahirkan, immunisasi, KB, kesehatan reproduksi
wanita, tumbuh kembang anak.
4.
Peran ibu dalam upaya pelayanan
kesehatan di klinik:
Ø
Sebagai pimpinan, sekaligus
sebagai manejer yang menjalankan klinik.
Ø
Sebagai pegawai juga yang
bertugas untuk jaga malam
5.
Kasus apa saja yang di
konsultasi ke pihak lain ;
Ø
Dalam kebidanan
Ø
Dalam persalinan
Ø
Dalam nifas
6.
Standard SOAP yang di berikan
kepada pasien yang datang ke klinik bidan :
Ø
Memberikan pelayanan secara
umum misalnya pasien yang datang mau memeriksa kehamilan, kita beri asuhan
kehamilan dari data subyektif, data obyektif,
7.
Tanggal 08 januari 2016
1.
Dalam pelayanan kesehatan apa
saja yang diberikan pada balita?
Ø
Pelayanan balita sehat
Ø
Pertumbuhan Baik
Ø
Sakit (balita sakit) dengan
memakai asuhan kebidanan
2.
Untuk pelayanan kesehatan pada
remaja yang pernah diberikan di tempat ini seperti apa dan contohnya: Untuk reproduksi remaja biasanya konseling
masalah reproduksi
3.
Dalam bentuk apa pelayanan kesehatan bagi wanita hamil yang
diberikan disini di klinik bidan :
Ø
Meliputi pemeriksaan anak
Ø
Pemeriksaan-Pemeriksaan
Penunjang
Ø
Pemeriksaan laboratorium
seperti urin, reproduksi, imunisasi TT, HB, dan HIV
4. Dalam bentuk apa pelayanan kesehatan bagi wanita melahirkan yang diberikan diklinik bidan:
Ø Asuhan persalinan normal dan
Ø BBL
Ø Penanganan Emergency
Ø Pendarahan pasang infus
Ø
Diatasi
sebelum dirujuk
5. Dalam bentuk apa pelayanan kesehatan
bagi wanita nifas yang diberikan di klinik bidan:
Memberikan asuhan pada ibu nifas berupa
perawatan payudara, kecukupan ASI atau tidak, Pemeriksaan jalan lahir, bekas
jahitan, cara menyusui, dan memberikan KB.
6. Dalam bentuk apa pelayanan kesehatan
bagi wanita menyusui yang diberikan diklinik bidan :
Mengajari tentang ASI ekslusif 6 bulan, cara
menyusui baik dan benar, konseling tentang gizi (seperti makanan bergizi), dan
pijat oksitosin
7. Dalam bentuk apa bu, pelayanan
kesehatan bagi wanita lanjut usia yang pernah diberikan diklinik bidan :
Mengajari tentang masalah menopause dan masalah
deteksi leher rahim
8. Promosi dan penkes bagi ibu,
keluarga dan masyarakat:
Ø Menghadapi Kehamilan
Ø Menghadapi persalinan
Ø Menyusui
Ø Menjadi orang tua
Ø Kesehatan perempuan
Ø KB
Ø Kesehatan bayi
9. Contoh promosi kesehatan apa yang
biasa ibu lakukan?
Memberikan Konseling kesehatan bagi ibu , kb ,
bersalin dan setelah bersalin , memberikan konsling kepada pasien sebelum
pulang , memberi informasi kesehatan kepada masyarakat,
Contohnya : mengadakan kerja sama dengan BPJS ,sehingga
pasien yang memiliki BPJS boleh berobat atau berkunjung ke BPMnya ibu
memberikan pelyanan yang baik bagi pasien yang berkunjung dipuskesmas, jika ada
pasien yang ke puskesmas maka dari pihak puskesmas memberikan rujukan kepada
BPMnya ibu.
BAB IV
PENUTUP
I.
Kesimpulan
dan Saran
Perkembangan pelayanan dan pendidikan kebidanan
nasional maupun international terjadi begitu cepat. Hal ini menunjukkan bahwa
perkembangan pelayanan dan pendidikan kebidanan merupakan hal yang penting
untuk dipelajari oleh petugas kesehatan khususnya bidan yang bertugas sebagai
bidan pendidik maupun bidan di pelayanan, sehingga dalam makalah ini kami
sebagai kelompok menyimpulkan bahwa seorang bidan dalam pelayanannya tettap
mengikuti standard dan asuhan kebidanan yang ada dalam konsep kebidanan.
Seperti dalam hasil wawancara yang telah di lakukan oleh kelas A12.1 di BPM
bidan Mei Muhartanti.
Kami dari kelompok juga menyadari bahwa sangat
banyak kekurangan dalam makalah ini karena itu kami mohon agar di baca dan di
koreksi jika ada kata atau kalimat yang tidak sesuai dengan harapan dari
pembaca.
DAFTAR PUSTAKA
Ø Soepardan, Suryani. (2006). Konsep
Kebidanan. Bandung: ECG
Ø A. Aziz Alimul Hidayat. (2002). Pengantar
Dokumentasi Proses Keperawatan. Jakarta: EGC.
Ø A. Aziz Alimul Hidayat (2002),
Pengantar Pedidikan Keperawatan, Jakarta: CV. Sagung Selo,
Ø Alfaro Rosalida (2002), Application
of Nursing Procces, A Step By Step Guide, Philadelphia, JB Lippicott
Ø Asri Hidayat, dan Mufdlilah 2008.
Catatan Kuliah Konsep Kebidanan Plus Materi Bidan Delima. Yogyakarta: Mitra
Cendikia Press.
Ø Arsinah, dkk. 2010. Konsep
Kebidanan. Yogyakarta: Graha Ilmu.
Ø Bart smet. (1994). Psikolog
Kesehatan. PT Grasindo. Jakarta.
Ø Dadang Hawari. (2001). Manajemen
Stress, Cemas & Depresi, FKUI Jakarta.
Ø Julia B. George. (1989). Nursing
theories the Base of Professional Nursing Practise. Third edition. New Jersey
Ø Kozioner B. (1997). Fundamental of nursing Concep and Procedure,
California Anderson Wesley Publishing co
Ø Le ode Jumadi gattar (1999). Pengantar keperawatan professional, EGC,
Jakarta
Ø Nursalam (2001). Proses dokumentasi
Keperawatan Konsep dan Praktek. Jakarta: Salemba Medica.
Ø Soepardan, Suryani, 2007. Konsep
Kebidanan. Jakarta: EGC.
Ø Sujianti, dan Susanti, 2009. Buku
Ajar Konsep Kebidanan ”Teori & Aplikasi”. Yogyakarta: Nusa Medika.Fadilah,
Siti. (2007). Keputusan Menteri Kesehatan Tentang. Jakarta
Tidak ada komentar:
Posting Komentar